Cari Blog

Senin, 31 Oktober 2011

~* Haram atau Halal tentang MUSIK dalam ISLAM *~

~* Haram atau Halal tentang MUSIK dalam ISLAM *~



Penomena pengharaman terhadap musik, kini banyak membingungkan umat islam. 
Baiklah... disini saya akan mengangkat dua artikel yang mudah-mudahan dapat menjadi petunjuk bagi kita yg berfikir.

Ada 2 pendapat:

I.           Musik itu Halal

Nyanyian dan Musik.

Diantara hiburan yang dapat menghibur jiwa dan menenangkan hati serta mengenakkan telinga, ialah nyanyian. Hal ini dibolehkan oleh Islam, selama tidak dicampuri omong kotor, cabul dan yang kiranya dapat mengarah kepada perbuatan dosa. Dan tidak salah pula kalau disertainya dengan muzik yang tidak membangkitkan nafsu. Bahkan disunatkan dalam situasi gembira, guna melahirkan perasaan riang dan menghibur hati, seperti pada hari raya, perkawinan, kedatangan orang yang sudah lama tidak datang, saat walimah, aqiqah dan di waktu lahirnya seorang bayi.



Dalam hadis diterangkan, dari Aisyah ra. bahwa ketika dia menghantar pengantin perempuan ke tempat laki-laki Ansar, maka Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم bertanya: “Hai Aisyah! Apakah mereka ini disertai dengan suatu hiburan? Sebab orang-orang Ansar gemar sekali terhadap hiburan". (Riwayat Bukhari)

Dan diriwayatkan pula, dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata, bahwa Aisyah pernah mengawinkan salah seorang kerabatnya dengan Ansar, kemudian Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم datang dan bertanya: “Apakah akan kamu hadiahkan seorang gadis itu?”
Mereka menjawab: “Betul”
Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم bertanya lagi: “Apakah kamu kirim bersamanya orang yang akan menyanyi?”
Aisyah menjawab: “Tidak”
Kemudian Rasulllah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم bersabda: “Sesungguhnya orang-orang Ansar adalah suatu kaum yang merayu. Oleh karena itu alangkah baiknya kalau kamu kirim bersama dia itu seorang yang mengatakan: “kami datang, kami datang, selamat datang kami, selamat datang kamu".
(Riwayat Ibnu Majah)

Dan dari Aisyah r.a. sesungguhnya Abubakar pernah masuk kepadanya, sedang di sampingnya ada dua gadis yang sedang menyanyi dan memukul gendang pada hari Mina (Idul Adha), sedang Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم menutup wajahnya dengan pakaiannya, maka diusirlah dua gadis itu oleh Abubakar. Lantas Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم membuka wajahnya dan berkata kepada Abubakar: “Biarkanlah mereka itu hai Abubakar, sebab hari ini adalah hari raya (hari bersenang-senang)." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Imam Ghazali dalam Ihya'nya setelah membawakan beberapa hadits tentang bernyanyinya dua orang gadis itu, permainannya orang-orang Habasyah di dalam masjid Nabawi yang didukungnya oleh Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم dengan kata-katanya: “karena kamu, aku melihat hai Bani Arfidah". Dan perkataan Nabi kepada Aisyah: “engkau senang ya Aisyah melihat permainan ini", dan berdirinya Nabi bersama Aisyah sehingga dia sendiri yang bosan serta permainan Aisyah dengan boneka bersama kawan-kawannya itu.

Kemudian Imam Ghazali berkata: “Bahwa hadits-hadits ini semua dalam Bukhari dan Muslim dan merupakan nas yang tegas, bahwa nyanyian dan permainan, bukanlah haram. Dan dari situ juga menunjukkan dibolehkannya bermacam-macam permainan:
1.             Bermain anggar sebagaimana yang biasa dilakukan oleh orang-orang Habasyah.
2.            Permainan boleh dilakukan di masjid.
3.            Sabda Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم kepada orang-orang Habasyah: “karenamu aku melihat hai Bani Arfidah”, adalah suatu perintah dan anjuran untuk bermain. Oleh karena itu bagaimana mungkin permainan itu diharamkannya?
4.            Dilarangnya Abubakar dan Umar dengan alasan, bahwa hari itu adalah hari raya dan hari gembira, sedang bernyanyi adalah salah satu daripada jalan untuk bergembira.
5.            Berdirinya Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم yang begitu lama sambil menyaksikan dan mendengarkan nyanyian yang disetujui Aisyah, adalah cukup sebagai bukti, bahwa metode yang baik untuk menghaluskan budi perempuan dan anak-anak dengan cara menyaksikan permainan adalah lebih baik daripada kekasaran ruhud dan berkekurangan dalam suasana terhalang dan dihalang.
6.            Perkataan Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم kepada Aisyah yang didahului dengan kalimat bertanya: “senangkah kamu untuk melihat?”
7.            Perkenan untuk menyanyi dan memukul rebana dari dua anak gadis itu dan seterusnya, seperti yang dituturkan al-Ghazali dalam “Kitabus Sama'” (fasal mendengar). 

Dan dari beberapa sahabat dan tabi'in diriwayatkan, bahwa mereka itu pernah mendengarkan nyanyian, sedang mereka tidak menganggapnya suatu perbuatan dosa.

Adapun hadits-hadits Nabi yang melarang nyanyian, semuanya ada cacat, tidak ada satupun yang selamat dari celaan oleh kalangan ahli hadits, seperti kata:
- Al-Qadhi Abubakar bin al-Arabi: "Tidak ada satupun hadis yang sah yang berhubungan dengan diharamkannya nyanyian."
- Ibnu Hazm: "Semua hadis yang menerangkan tentang haramnya nyanyian adalah batil dan palsu."

Banyak sekali nyanyian-nyanyian dan muzik yang disertai dengan perbuatan berlebih-lebihan, minum-minum arak dan perbuatan-perbuatan haram. Itulah yang kemudian oleh ulama-ulama dianggapnya haram atau makruh.
Sebagian mereka ada yang mengatakan: “bahwa sesungguhnya nyanyian itu termasuk lahwul hadits (omongan yang dapat melalaikan) sebagai yang dimaksud dalam firman Allah:
"Di antara manusia ada yang membeli omongan yang dapat melalaikan untuk menyesatkan (orang) dari jalan Allah tanpa disadari, dan dijadikannya sebaqai permainan. Mereka itu kelak akan mendapat siksaan yang hina." (Luqman: 6)

Ibnu Hazm berkata: "Ayat tersebut menyebutkan suatu sifat yang barangsiapa mengerjakannya bisa menjadi kafir tanpa diperselisihkan lagi, yaitu apabila dia menjadikan agama Allah sebagai permainan. Oleh karena itu jika dia membeli sebuah al-Quran untuk dijadikan ayat guna menyesatkan orang banyak dan dijadikannya sebagai permainan, maka jelas dia adalah kafir. Inilah yang dicela Allah s.w.t. Samasekali Allah tidak mencela orang-orang yang membeli lahwal hadits itu sendiri yang bisa dipakai untuk hiburan dan menggembirakan hati, bukan untuk menyesatkan orang dari jalan Allah."

Selanjutnya Ibnu Hazm menolak anggapan orang yang mengatakan; bahwa nyanyian itu sama sekali tidak dapat dibenarkan, dan termasuk suatu kesesatan, seperti firman Allah:
"Tidak ada lain sesudah hak kecuali kesesatan." (Yunus: 32)
Kata Ibnu Hazm, Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم. pernah bersabda:
"Sesungguhnya semua perbuatan itu harus disertai dengan niat dan tiap-tiap orang akan dinilai menurut niatnya." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Jadi: 
- Barangsiapa mendengarkan nyanyian dengan niat untuk membantu bermaksiat kepada Allah, maka jelas dia adalah fasik (termasuk semua hal selain nyanyian). 
- Dan barangsiapa berniat untuk menghibur hati supaya dengan demikian dia mampu berbakti kepada Allah dan tangkas dalam berbuat kebajikan, maka dia adalah orang yang taat dan berbuat baik dan perbuatannya pun termasuk perbuatan yang benar. 
- Dan barangsiapa tidak berniat untuk taat kepada Allah dan tidak juga untuk bermaksiat, maka perbuatannya itu dianggap main-main saja yang dibolehkan, seperti halnya seorang pergi ke kebun untuk berlibur, dan seperti orang yang duduk-duduk di depan sofa sekedar melihat-lihat, dan seperti orang yang mengkelir bajunya dengan warna ungu, hijau dan sebagainya.

Namun di situ ada beberapa ikatan yang harus kita perhatikan sehubungan dengan masalah nyanyian ini, yaitu:

1.             Nyanyian itu harus diperuntukkan buat sesuatu yang tidak bertentangan dengan etika dan ajaran Islam. Oleh karena itu kalau nyanyian-nyanyian tersebut penuh dengan pujian-pujian terhadap arak dan menganjurkan orang supaya minum arak, misalnya, maka menyanyikan lagu tersebut hukumnya haram, dan si pendengarnya pun haram juga. Begitu pula nyanyian-nyanyian lain yang dapat dipersamakan dengan itu.


2.            Mungkin subyek nyanyian itu sendiri tidak menghilangkan pengarahan Islam, tetapi cara menyanyikan yang dilakukan oleh si penyanyi itu beralih dari lingkungan halal kepada lingkungan haram, misalnya lenggang gaya dengan suatu kesengajaan yang dapat membangkitkan nafsu dan menimbulkan fitnah dan perbuatan cabul.


3.            Sebagaimana agama akan selalu memberantas sikap berlebih-lebihan dan kesombongan dalam segala hal sampai pun dalam beribadah, maka begitu juga halnya berlebih-lebihan dalam hiburan dan menghabiskan waktu untuk berhibur, padahal waktu itu sendiri adalah berarti hidup! Tidak dapat diragukan lagi, bahwa berlebih-lebihan dalam masalah yang mubah dapat menghabiskan waktu untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban. Maka tepatlah kata ahli hikmah: "Tidak pernah saya melihat suatu perbuatan yang berlebih-lebihan, melainkan di balik itu ada suatu kewajiban yang terbuang."


4.            Tinggal ada beberapa hal yang seharusnya setiap pendengarnya itu sendiri yang memberitahu kepada dirinya sendiri, yaitu apabila nyanyian atau satu macam nyanyian itu dapat membangkitkan nafsu dan menimbulkan fitnah serta nafsu kebinatangannya itu dapat mengalahkan segi rohaniahnya, maka dia harus menjauhi nyanyian tersebut dan dia harus menutup pintu yang dari situlah angin fitnah akan menghembus, demi melindungi hatinya, agamanya dan budi luhurnya. Sehingga dengan demikian dia dapat tenang dan gembira.


5.            Di antara yang sudah disepakati, bahwa nyanyian yang disertai dengan perbuatan-perbuatan haram lainnya seperti: di majelis arak, dicampur dengan perbuatan cabul dan maksiat, maka di sinilah yang oleh Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم pelakunya, dan pendengarnya diancam dengan siksaan yang sangat, yaitu sebagaimana sabda beliau: 
"Sungguh akan ada beberapa orang dari ummatku yang minum arak, mereka namakan dengan nama lain, kepala mereka itu bisa dilalaikan dengan bunyi-bunyian dan nyanyian-nyanyian, maka Allah akan tenggelamkan mereka itu kedalam bumi dan akan menjadikan mereka itu seperti kera dan babi." (Riwayat Ibnu Majah)

Bukan merupakan kelaziman kalau mereka itu dirombak bentuk dan potongannya, tetapi apa yang dimaksud dirombak jiwanya dan rohnya. Bentuknya bentuk manusia tetapi jiwanya, jiwa kera dan rohnya roh babi.

Judi adalah Kawan Arak

Sekalipun hiburan dan permainan itu dibolehkan oleh Islam, tetapi ia juga mengharamkan setiap permainan yang dicampuri perjudian, yaitu permainan yang tidak luput dari untung-rugi yang dialami oleh si pemain. Dan sudah kita sebutkan terdahulu tentang sabda Nabi yang mengatakan:
"Barangsiapa berkata kepada rekannya mari bermain judi, maka hendaklah ia bersedekah." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu tidak halal seorang muslim menjadikan permainan judi sebagai alat untuk menghibur diri dan mengisi waktu senggang. Begitu juga tidak halal seorang muslim menjadikan permainan judi sebagai alat mencari uang dalam situasi apapun.
Islam, di balik larangannya ini ada terkandung suatu hikmah dan tujuan yang tinggi sekali, yaitu:
1.             Hendaknya seorang muslim mengikuti sunnatullah dalam bekerja mencari uang, dan mencarinya dengan dimulai dari pendahuluan-pendahuluannya. Masukilah rumah dari pintu-pintunya; dan tunggulah hasil (musabbab) dari sebab-sebabnya.
Sedang judi (termasuk undian) dapat menjadikan manusia hanya bergantung kepada pembagian, sedekah dan angan-angan kosong; bukan bergantung kepada usaha, aktivitas dan menghargai cara-cara yang telah ditentukan Allah, serta perintah-perintahNya yang harus diturut.
2.            Islam menjadikan harta manusia sebagai barang berharga yang dilindungi. Oleh karena itu tidak boleh diambilnya begitu saja, kecuali dengan cara tukar-menukar sebagai yang telah disyariatkan, atau dengan jalan hibah dan sedekah. Adapun mengambilnya dengan jalan judi, adalah termasuk makan harta orang lain dengan cara yang batil.
3.            Tidak mengherankan, kalau perjudian itu dapat menimbulkan permusuhan dan pertentangan antara pemain-pemain itu sendiri, kendati nampak dari mulutnya bahwa mereka telah saling merelakan. Sebab bagaimanapun akan selalu ada pihak yang menang dan yang kalah, yang dirampas dan yang merampas. Sedang yang kalah apabila diam, maka diamnya itu penuh kebencian dan mendongkol. Dia marah karena angan-angannya tidak dapat tercapai. Dia mendongkol karena taruhannya itu sial. Kalau dia ngomel, maka ia ngomeli dirinya sendiri karena derita yang dialami dan tangannya yang menaruhkan taruhannya dengan membabi-buta.
4.            Kerugiannya itu mendorong pihak yang kalah untuk mengulangi lagi, barangkali dengan ulangan yang kedua itu dapat menutup kerugiannya yang pertama. Sedang yang menang, karena didorong oleh lezatnya menang, maka ia tertarik untuk mengulangi lagi. Kemenangannya yang sedikit itu mengajak untuk dapat lebih banyak. Sama sekali dia tidak ada keinginan untuk berhenti. Dan makin berkurang pendapatannya, makin dimabuk oleh kemenangan sehingga dia beralih dari kemegahan kepada suatu kesusahan yang mendebarkan.
Begitulah berkaitnya putaran dalam permainan judi, sehingga hampir kedua putaran ini tidak pernah berpisah. Dan inilah rahasia terjadinya pertumpahan darah antara pemain-pemain judi.
5.            Oleh karena itu hobby ini merupakan bahaya yang mengancam masyarakat dan pribadi. Hobby ini merusak waktu dan aktivitas hidup dan menyebabkan si pemain-pemainnya menjadi manusia yang tamak, mereka mau mengambil hak milik orang tetapi tidak mau memberi, menghabiskan barang tetapi tidak dapat berproduksi. Selamanya pemain judi sibuk dengan permainannya, sehingga lupa akan kewajibannya kepada Tuhan, kewajibannya akan diri, kewajibannya akan keluarga dan kewajibannya akan ummat.

Tidak terlalu jauh kalau orang yang asyik hidangan hijau (menurut istilah yang mereka pergunakan) itu akan berani menjual agamanya, harga dirinya dan tanah airnya, demi permainan judi. Kecintaannya terhadap hidangan ini akan mencabut kecintaannya terhadap barang lain, atau nilai apapun.
Hidangan ini dapat menaburkan benih permainan judi dengan segala macam cara. Sampai pun tentang harga dirinya, keyakinannya dan bangsanya, akan rela dikorbankan demi terlaksananya pekerjaan yang sia-sia ini.
Betapa benarnya dan indahnya susunan al-Quran yang mengkaitkan arak dan judi ini dalam satu rangkaian ayat dan hukumnya, sebab bahayanya terhadap pribadi, keluarga, tanah air dan moral adalah sama. Pencandu judi sama dengan pencandu arak, bahkan jarang sekali didapat salah satunya raja sedang yang lain tidak.
Betapa benarnya al-Quran yang telah menjelaskan kepada kita, bahwa arak dan judi adalah salah satu daripada perbuatan syaitan; dan kemudian diikutinya dengan menyebut berhala dan azlam serta ditetapkannya kedua hal tersebut sebagai perbuatan yang najis dan harus dijauhi.
Firman Allah:
"Hai orang-orang mu'min! Sesungguhnya arak dan judi dan berhala dan azlam adalah kotor, berasal dari perbuatan syaitan; oleh karena itu jauhilah, supaya kamu beruntung. Sesungguhnya syaitan hanya bermaksud akan menjatuhkan permusuhan dan kebencian di antara kamu melalui arak dan permainan judi serta akan menghalangi kamu dari ingat kepada Allah dan sembahyang; oleh karena itu apakah kamu mau berhenti?!"
(QS. al-Maidah: 90-91)

Disusun oleh:
Oleh Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi
Alih bahasa: H. Mu'ammal Hamidy
Penerbit: PT. Bina Ilmu, 1993


I.            Musik itu Haram

 

HADITH-HADITH  SAHIH  TENTANG  HARAMNYA  MUZIK

Oleh   Drs. Ab. Ghani Azmi b. Hj Idris

Para Imam Mazhab Empat telah sepakat mengharamkan semua alat-alat muzik, dengan beberapa pengecualian (rebana dalam majlis-majlis perkahwinan dan dua hari raya), berdasarkan hadith-hadith yang warid daripada Rasulullah(saw).  Akan tetapi ada sebagian ulama yang memfatwakan hukum yang berlawanan seratus persen dengannya.  Yang terkenal diantaranya ialahIbn Hazm (tokoh besar Mazhab Ad Zhahiri) dalam bukunya yang terkenal “Al-Muhalla”.

Pada zaman moden ini lahir pula beberapa orang ulama yang mengeluarkan fatwa yang serupa itu.  Diantaranya yang sangat menonjol ialah:
-        Dr. Yusuf Al Qardhawi didalam bukunya “Al Halal Wal Haram Fil Islam”.  Beliau telah berkata:  Adapun hadith-hadith nabi yang warid mengenainya (muzik) semuanya penuh dengan  tajrih (kecacatan) dan tidak ada satu hadith pun yang terselamat dari kritikan ulama dan fuqaha hadith
-        Al Qadhi Abu Bakar Ibn Al Arabi telah berkata: “Tidak ada satu hadith pun yang sahih mengenai pengharaman bunyian.
-        Ibn Hazm pula berkata: “Semua hadith yang warid mengenainya adalah baatil dan maudho’ belaka”. (Al Halal Wal Haram Fil Islam ms. 282).
                                          
Pendapat Dr. Yusuf Al Qardhawi ini tersebar di seluruh dunia Islam melalui bukunya yang terkenal dan sangat besar pengaruhnya di kalangan   umat   Islam sekarang ini, di mana ia di terima  pakai dalam kebanyakan pendapat yang diutarakan dalam masyarakat umat , tanpa menoleh lagi kepada pendapat imam mazhab empat dan kepada dasar-dasarnya, seakan-akan pendapat tersebut adalah baatil, manakala pendapat Dr. Yusuf Al Qardhawi adalah suatu kebenaran mutlak yang tidak perlu di kaji dan di ragui lagi. 

Sesungguhnya pendapat yang mengatakan semua hadith-hadith yang bersangkutan dengan bunyian, muzik dan alat-alat muzik adalah baatil dan maudho’ belaka, adalah keterlaluan.  Ia bukanlah hasil dari satu kajian ilmiah yang mendalam dan matang, tetapi ia tidak lain dan tidak bukan dari satu taqlid buta kepada Ibn Hazm dan orang-orang yang serupa dengannya.  Ini adalah kerana menurut kajian yang di buat oleh ulamak-ulamak dan pengkritik hadith yang muktabar ternyata bahawa sebahagian hadith mengenai masalah ini adalah benar-benar sahih dan bukanlah samuanya baatil atau maudho’ seperti yang dikatakan.
Di antara hadith-hadith yang sahih ialah:

1.      Imran ibn Husain  meriwayatkan bahawa Rasulullah(saw) telah bersabda mafhumnya: “ Akan berlaku kemusnahan, penukaran rupa (penjelmaan) dan lontaran dalam umat ini.  Seorang lelaki dari kaum muslimin berkata: Bilakah yang demikian itu akan berlaku wahai Rasulullah(saw)? 
Beliau bersabda mafhumnya: “ Apabila lahir biduanita-biduanita, alat-alat muzik dan di minum khamr (arak)”.
(Hadith Sahih riwayat Tirmidhi dan Ibn Abiddunya.  Lafaz hadith ini menurut riwayat Tirmidhi. Lihat Sahih Sunan At Tirmidhi 1801-2323, Sahih Al Jaami’ As Sagheer 4273 dan Silsilatul Ahadeeth As Saheehah  - Syaikh Mohd Naasiruddin Al Albaani)

2.     Anas ibn Malik (rad) meriwayatkan bahawa  Rasulullah(saw) bersabda mafhumnya : “ Pasti akan berlaku kemusnahan, lontaran dan pengubahan rupa dalam umat ini, yaitu apabila mereka: meminum khamr, mengambil biduanita-biduanita dan membunyikan alat-alat muzik.
(Hadith ini sahih riwayat Ibn Abiddunya dalam “Dzam Al Muhalli” Juz 1/1530 . Hadith ini juga diriwayatkan oleh Tirmidhi dan Ibn Abiddunya daripada Imran ibn Husain. Imam Ahmad dan Ibn Abiddunya meriwayatkan juga daripada Abi Umamah dan ia diriwayatkan juga daripada Abu Hurairah oleh Tirmidhi dan Ibn Abiddunya. Lihat Saheeh Al Jaami’ As Sagheer 5467 dan Silsilatul Ahadeeth As Saheehah 2023  As Syaikh Al Albaani)

3.     Imran ibn Husain dan Abu Saaid (rad) meriwayatkan bahawa Rasulullah(saw) bersabda mafhumnya: “Akan berlaku kemusnahan, lontaran dan perubahan rupa di akhir zaman yaitu lahir alat-alat muzik, biduanita-biduanita dan apabila khamr dihalalkan”.
(Hadith ini saheeh - Riwayat Tirmidhi dan Thabarani)    

Abu Maalik Al Asyaari (rad) meriwayatkan bahawa Rasulullah(saw) bersabda mafhumnya: “ Orang-orang dari umat ku pasti akan meminum khamr yang mereka namakannya dengan bukan nama khamr, di mainkan alat-alat muzik keatas kepala mereka dan biduanita-biduanita.  Allah akan musnahkan bumi bersama-sama mereka dan menjadikan sebahagian mereka sebagai kera dan babi. 
(Hadith ini saheeh - Riwayat Ibn Maajah, Al Baihaqi dan Ibn Asaakir, Ibn Hibban dan Thabarani. Lihat Saheeh Al Jaami’ As Sagheer 5454, Silsilatul Ahadeeth As Saheehah  90, 91 dan Saheeh Ibn Maajah 3247 – 4020

4.     Abu Maalik Al Asyaari (rad) meriwayatkan bahawa Rasulullah(saw) bersabda mafhumnya:
“Akan  ada  beberapa kaum dari umatku yang menghalalkan; zina, sutera (bagi lelaki), khamr dan alat muzik dan beberapa kamu akan turun/berhenti di sudut sebuah bukit yang tinggi.  Para penternak datang kepada mereka di waktu petang dengan membawa hewan-hewan ternak mereka kerana sesuatu keperluan, lalu mereka berkata: Datanglah semua menemui kami esok.  Lantas Allah(swt) memusnahkan mereka pada waktu malam dan menjatuhkan bukit yang tinggi itu ke atas mereka dan sebahagian yang lain lagi Allah mengubah rupa mereka menjadi seperti kera dan babi sampailah ke hari kiamat.
(Hadith ini saheeh – Ri. Al Bukhari dalam kitab saheehnya (4/30). Lihat  Silsilatul Ahadeeth As Saheehah 1/91/139-147  dan Saheeh Al Jaami’us Sagheer 5466.)
     
Hadith ini diriwayatkan oleh Bukhari di  dalam saheehnya secara ta’lik.

Semua hadith tersebut dengan jelas dan tegas mengatakan keharaman zina, sutera (bagi lelaki) , khamr dan alat muzik. Terhadap kaum yang menghalalkan  akan di timpakan Allah dengan kemusnahan, perubahan rupa sampailah ke hari kiamat. Tidak ada hadith–hadith shahih yang mengecualikannya kecuali penggunaan rebana dalam majlis-majlis perkahwinan dan pada dua hari raya. 

Sewaktu menjelaskan hadith di atas, Al Allaamah As Syaikh Muhammad Naasiruddin Al Albaani, (rahimahullah) telah berkata:  “ Banyak hadith yang warid mengenai pengharaman muzik yang terkenal pada masa itu (masa Nabi saw) seperti gendang (genderang), gambus dan lain-lain.  Tidak ada hadith yang warid yang menyalahinya atau pun yang mengtakhsiskannya kecuali rebana / kompang  dalam majlis-majlis perkahwinan dan dua hari raya kerana ia mubah mengikut perincian yang di sebutkan dalam kitab-kitah fiqh.  Mengenai ini telah saya sebutkan dalam sanggahan saya terhadap Ibn Hazm.  Maka oleh kerana itulah mazhab yang empat sepakat mengharamkan semua alat-alat muzik.  Manakala sebahagian mereka mengecualikan gendang peperangan selain rebana dalam majlis-majlis perkahwinan dan dua hari raya itu.  Dan sebahagian ulama sekarang
memasukkan/menghubungkan ke dalamnya muzik tentera.  Pendapat ini tidak mempunyai dasar kerana beberapa sebab:

1.      Mentakhsiskan hadith-hadith yang mengharamkan (secara umum) tanpa adanya  makhsus (pentakhsis) semata-mata berdasarkan akal fikiran dan istihsan adalah baatil.

2       Yang wajib bagi orang–orang Islam dalam masa peperangan ialah menghadapkan hati mereka semata-mata kepada Allah sambil memohon pertolongan untuk mengalahkan musuh.  Yang demikian lebih kuat pengaruhnya bagi ketenteraman jiwa dan lebih menguatkan hubungan hati dengan Allah Taala.  Penggunaan muzik adalah di antara perkara yang merosakkan hati dan memalingkan mereka dari menyayangi tuhan mereka.
Allah Taala berfirman mafhumnya:
“Wahai orang –orang yang beriman !  Apabila kamu memerangi pasukan musuh, maka teguhkanlah hati kamu dan sebutlah nama Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung”. ( QS. Al-Anfaal: 45) .

Penggunaan alat-alat muzik adalah sebahagian dari adat/tradisi orang-orang kafir yang tidak beriman dengan Allah dan hari akhirat dan tidak pula mengharamkan apa –apa yang  telah diharamkan Allah dan RasulNya dan tidak pula beragama dengan agama yang benar. Justru, kita tidak harus menyerupai mereka, terutamanya dalam perkara-perkara yang di haramkan Allah secara umum seperti muzik ini.

Saudara sekalian, janganlah terpedaya dengan apa yang didengar daripada sebahagian ulama fiqh yang masyur sekarang ini yang berpendapat halalnya alat-alat muzik dan muzik itu, kerana mereka sebenarnya mengeluarkan fatwa secara taqlid dan mereka membantu kecenderungan/keinginan manusia sekarang ini. Kepada siapakah mereka bertaqlid? Tidak lain  kecuali kepada Ibn Hazm yang telah berbuat salah apabila beliau membolehkan/menghalalkan alat-alat muzik dan hiburan kerana menurutnya hadith Abu Maalik Al Asyaari tidak saheeh sedangkan anda telah mengetahui bahawa hadith tersebut adalah benar-benar saheeh.

Pendapat Ibn Hazm ini lahir karena kelemahannya dalam ilmu hadith sperti yang telah di nyatakan sebelum ini. Apakah  gerangan yang mendorong mereka mengikuti pendapat Ibn Hazm dengan meninggalkan pendapat imam-imam yang empat (Maalik, Abu Haanifah, Shafei dan Ahmad) pada hal mereka lebih faqih dari Ibn Hazm, lebih alim, lebih ramai bilangannya  dan lebih kuat hujjahnya?.  Jika yang mendorong mereka bertaqlid kepada Ibn Hazm kerana semata-mata pentahqiqan ilmi maka tidak siapa yang akan mengkritik mereka.  


Pengertian tahqiq ilmi seperti yang di ketahui ialah mereka hendaklah mengikuti semua hadith yang warid dalam bab ini, mempelajari jalan-jalan dan perawi-perawinya dan kemudian menghukum hadith-hadith itu mengikut yang patut, samada saheeh, hasan  atau dhaeef.  Kemudian apabila ada di antaranya  yang  saheeh, mereka hendaklah mempelajarinya dari sudut dilalahnya, fiqhnya, umumnya dan khususnya berdasarkan kaedah-kaedah ilmu usul hadeeth dan usul fiqh.

Jika mereka telah berbuat demikian, mereka mendapat pahala dan tidak ada sesiapa yang dapat mengkritik mereka.  Akan tetapi, demi Allah mereka tidak melakukan sesuatu apa pun!  Apabila mereka di hadapkan kepada sesuatu masalah, mereka akan melihat kepada pendapat-pendapat para ulamak mengenainya.  Kemudian mereka mengambil mana yang lebih mudah atau yang lebih mendatangkan maslahat-maslahat menurut anggapan mereka tanpa melihat apakah pendapat itu selaras dengan dalil dari Al Kitab dan As Sunnah As Saheehah.  Tidak di ketahui berapa banyak mereka telah mensyariatkan untuk orang ramai dengan cara ini – atas nama syariat Islam pada hal Islam bersih darinya.
(Silsilatul Ahadeeth As Saheehah ms 139 – 147  Jilid 1/91  - Syaikh Al Albaani

Sungguhpun Islam itu adalah agama Allah, semuanya mestilah di dasarkan kepada kitab sucinya dan kepada keterangan–keterangan rasulNya.  Jika ada, kemudian barulah ijhtihad berdasarkan kaedah-kaedah yang telah di tetapkan.  Mana-mana pendapat yang berlawanan dengan dalil, baik Al Quran ataupun Al Hadeeth, dengan sendirinya baaatil dan mardud (di tolak).

-----------------------------------<>-------------------------------------

Demikianlah yang dapat saya suguhkan:
Bingungkah.......?
Kenapa harus bingung......!

Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم mengharamkan musik yang disertai dengan meminuman minuman yang memabukan, sambil nyanyi-nyanyi dan joget-joget.
Sabda Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم :
-        Akan berlaku kemusnahan, penukaran rupa (penjelmaan) dan lontaran, apabila lahir biduanita-biduanita, alat-alat muzik dan di minum khamr (arak).
-        “Pasti akan berlaku kemusnahan, lontaran dan pengubahan rupa dalam umat ini, apabila mereka: meminum khamr, mengambil biduanita-biduanita dan membunyikan alat-alat muzik.
-        “Akan berlaku kemusnahan, lontaran dan perubahan rupa di akhir zaman yaitu lahir alat-alat muzik, biduanita-biduanita dan apabila khamr dihalalkan”.

Sabda Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ini sudah terbukti dizaman ini, diantaranya: Discotic, tempat-tempat pelacuran, dll.

Bagaimanapun juga pilihan ada ditangan anda.
-        Iman adalah keyakinan yang ada dihati kita.
-        Berikan ibadat yang terbaik kepada Allah.
-        Teruslah belajar dan menambah ilmu.
-        Hargai dan hormati pendapat orang lain.
-        Sesama muslim adalah saudara (bukan musuh).
-        Laa iqraha fiddin (tak ada paksaan dalam agama)
-        Islam adalah agama yang haq (benar) bagi orang2 yg berfikir.
-        Allahu ‘alam (kebenaran hanya milik Allah)

Nah... selamat berfikir !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.