Cari Blog

Sabtu, 15 Oktober 2011

Iman, Islam dan Ihsan.

Iman, Islam dan Ihsan.
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
Pada suatu hari, Rasulullah saw. muncul di antara kaum muslimin. Lalu datang seorang laki-laki dan bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah Iman itu?”
Rasulullah saw. menjawab: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan kepada hari berbangkit.”
Orang itu bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, apakah Islam itu?”
Rasulullah saw. menjawab: “Islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, mendirikan salat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Ramadan.”
Orang itu kembali bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu?”
Rasulullah saw. menjawab: “Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu”.
Orang itu bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, kapankah hari kiamat itu?”
Rasulullah saw. menjawab: “Orang yang ditanya mengenai masalah ini tidak lebih tahu dari orang yang bertanya. Tetapi akan aku ceritakan tanda-tandanya
- Apabila budak perempuan melahirkan anak tuannya, maka itulah satu di antara tanda-tandanya. 
- Apabila orang yang miskin papa menjadi pemimpin manusia, maka itu tarmasuk di antara tanda-tandanya. 
- Apabila para penggembala domba saling bermegah-megahan dengan gedung, itulah sebagian dari tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui oleh Allah.”
Kemudian Rasulullah saw. membaca firman Allah Taala: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat, dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Kemudian orang itu berlalu, maka Rasulullah saw. bersabda: “Panggillah ia kembali!”
Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat seorang pun.
Rasulullah saw. bersabda: “Ia adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan manusia masalah agama mereka”.
(Shahih Muslim No.10)

Iman menyebabkan masuk surga dan barang siapa menjalankan apa yang diperintahkan, niscaya ia akan masuk surga.Dari Abu Ayyub Al-Anshari ra.: Bahwa Seorang badui menawarkan diri kepada Rasulullah saw. dalam perjalanan untuk memegang tali kekang unta beliau.
Kemudian orang itu berkata: “Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku apa yang dapat mendekatkanku kepada surga dan menjauhkanku dari neraka.”
Nabi saw. tidak segera menjawab. Beliau memandang para sahabat, seraya bersabda: “Ia benar-benar mendapat petunjuk”.
Kemudian beliau bertanya kepada orang tersebut: “Apa yang engkau tanyakan?”
Orang itu pun mengulangi perkataannya.
Lalu Nabi saw. bersabda: “Engkau beribadah kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan salat, menunaikan zakat dan menyambung tali persaudaraan. Sekarang, tinggalkanlah unta itu”.
(Shahih Muslim No.14)

Dari Abu Hurairah ra.:
Bahwa seorang badui datang menemui Rasulullah saw. lalu berkata: “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu perbuatan yang apabila aku lakukan, aku akan masuk surga”. 
Rasulullah saw. bersabda: “Engkau beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan salat fardu, membayar zakat dan puasa Ramadan”.
Orang itu berkata: “Demi Zat yang menguasai diriku, aku tidak akan menambah sedikit pun dan tidak akan menguranginya.”
Ketika orang itu pergi, Nabi saw. bersabda: “Barang siapa yang senang melihat seorang ahli surga, maka lihatlah orang ini”.
(Shahih Muslim No.16)
Menerangkan jumlah cabang iman, yang paling tinggi dan yang paling rendah, keutamaan malu dan bahwa malu termasuk iman.
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: 
Rasulullah saw. bersabda: “Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih. Dan malu adalah salah satu cabang iman”.
(Shahih Muslim No.50) 

Dari Ibnu Umar ra., ia berkata: 
Nabi saw. mendengar seseorang menasehati saudaranya dalam hal malu, lalu Nabi saw. bersabda: “Malu adalah bagian dari iman”.
(Shahih Muslim No.52) 

Dari Imran bin Husaini ra., ia berkata: 
Nabi saw. pernah bersabda: “Malu itu tidak datang kecuali dengan membawa kebaikan.”
(Shahih Muslim No.53) 

Menerangkan keutamaan Islam dan ajarannya yang paling utama.

Dari Abdullah bin Amru ra., ia berkata: 
Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw. Islam manakah yang paling baik?
Rasulullah saw. bersabda: “Memberikan makanan, mengucap salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal.
(Shahih Muslim No.56) 

Dari Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata: 
Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw: “Orang Islam manakah yang paling baik?”
Rasulullah menjawab: “Orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya”.
(Shahih Muslim No.57) 

Dari Abu Musa ra., ia berkata: 
Aku pernah bertanya: “Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama?”
Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya”.
(Shahih Muslim No.59) 

Menerangkan sikap-sikap yang mendatangkan manisnya iman

Dari Anas ra., ia berkata: 
Nabi saw. bersabda: “Ada tiga hal yang barang siapa mengamalkannya, maka ia dapat menemukan manisnya iman, yaitu orang yang lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada yang lain, mencintai orang lain hanya karena Allah, tidak suka kembali ke dalam kekufuran (setelah Allah menyelamatkannya) sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka”.
(Shahih Muslim No.60)
Wajib lebih mencintai rasulullah saw. dari keluarga, anak, orang-tua dan semua manusia, serta memastikan bahwa seseorang yang tidak memiliki cinta semacam ini berarti tidak ada iman dalam dirinya

Dari Anas bin Malik ra., ia berkata: 
Nabi saw. bersabda: “Seorang hamba (dalam hadis Abdul Warits, seorang laki-laki) tidak beriman sebelum aku lebih dicintainya dari keluarganya, hartanya dan semua orang”.
(Shahih Muslim No.62) 

Dalil sebagian dari iman adalah cinta seseorang kepada sesama muslim seperti ia mencintai dirinya sendiri

Dari Anas bin Malik ra., ia berkata: 
Nabi saw. bersabda: “Salah satu di antara kalian tidak beriman sebelum ia mencintai saudaranya (tetangganya) seperti mencintai diri sendiri.”
(Shahih Muslim No.64) 

Sunat memuliakan tetangga dan tamu, berdiam diri kecuali untuk kebaikan, menerangkan bahwa semua itu termasuk iman

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: 
Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia berbicara yang baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”.
(Shahih Muslim No.67) 

Dari Abu Syuraikh Al-Khuza'i ra., ia berkata: 
Nabi saw. bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam”.
(Shahih Muslim No.69) 

Mencegah kemungkaran itu termasuk iman, bahwa iman dapat bertambah atau berkurang, bahwa memerintahkan yang makruf (kebaikan) dan melarang kemungkaran itu wajib.

Dari Abu Said Al-Khudri ra., dari Thariq bin Syihab ra. ia berkata, Orang yang pertama berkhutbah pada hari raya sebelum salat Ied adalah Marwan.
Ada seseorang yang berdiri mengatakan: “Salat Ied itu sebelum khutbah”.
Marwan menjawab: “Telah ditinggalkan apa yang ada di sana”.
Abu Said berkata: “Orang ini benar-benar telah melaksanakan kewajibannya. Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran (hal yang keji, buruk), maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman”.
(Shahih Muslim No.70) 

Kelebihan orang beriman dan keunggulan penduduk Yaman

Dari Abu Masud ra., ia berkata, Nabi saw. pernah memberi isyarat dengan tangan ke arah Yaman, seraya bersabda: “Ingatlah, sesungguhnya iman ada di sana, sedangkan kekerasan dan kekasaran hati ada pada orang-orang yang bersuara keras di dekat pangkal ekor unta ketika muncul sepasang tanduk setan, yaitu pada golongan Rabiah dan Bani Mudhar”.
(Shahih Muslim No.72) 

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Penduduk Yaman datang. Mereka lebih halus hatinya. Iman ada pada orang Yaman, fikih ada pada orang Yaman dan Hikmah ada pada orang Yaman”.
(Shahih Muslim No.73) 

Menjelaskan bahwa agama adalah nasehat
Dari Jarir bin Abdullah ra., ia berkata: 
“Aku berbaiat kepada Rasulullah saw. untuk selalu mendirikan salat, memberikan zakat dan memberi nasehat baik kepada setiap muslim”.
(Shahih Muslim No.83) 

Menerangkan kurangnya iman sebab maksiat dan kekosongan iman pelakunya

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. 
Tidak ada pencuri ketika mencuri dalam keadaan beriman. 
Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman.”
(Shahih Muslim No.86) 

Menjelaskan tanda-tanda munafik

Dari Abdullah bin Amru ra., ia berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda:
“Ada empat sifat yang bila dimiliki maka pemiliknya adalah munafik murni. Dan barang siapa yang memiliki salah satu di antara empat tersebut, itu berarti ia telah menyimpan satu tabiat munafik sampai ia tinggalkan. 
- Apabila berbicara ia berbohong, 
- apabila bersepakat ia berkhianat, 
- apabila berjanji ia mengingkari, dan 
- apabila bertikai ia berbuat curang”.
(Shahih Muslim No.88) 

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Ada tiga tanda orang munafik; 
- apabila berbicara ia berbohong, 
- apabila berjanji ia mengingkari, 
- dan apabila dipercaya ia berkhianat”.
(Shahih Muslim No.89)


Menerangkan keadaan iman seseorang yang mengatakan kepada sesama muslim: Hai, kafir!

Dari Ibnu Umar ra., ia berkata, Nabi saw. bersabda:
“Apabila seseorang mengafirkan temannya, maka ucapan (yang mengafirkan) itu benar-benar kembali kepada salah seorang di antara keduanya (yang mengatakan atau yang dikatakan)”. (Shahih Muslim No.91) 

Menjelaskan iman orang yang membenci ayahnya, padahal ia tahu bahwa orang tersebut adalah ayah kandungnya.

Dari Abu Zar ra., bahwa Ia mendengar Rasulullah saw. bersabda:
“Setiap orang yang mengaku keturunan dari selain ayahnya sendiri, padahal ia mengetahuinya, pastilah ia kafir (artinya mengingkari nikmat dan kebaikan, tidak memenuhi hak Allah dan hak ayahnya). Barang siapa yang mengakui sesuatu bukan miliknya, maka ia tidak termasuk golongan kami dan hendaknya ia mempersiapkan tempatnya di neraka. Barang siapa yang memanggil seseorang dengan kata kafir atau mengatakan musuh Allah, padahal sebenarnya tidak demikian, maka tuduhan itu akan kembali pada dirinya”.
(Shahih Muslim No.93) 


Barang siapa yang membenci ayahnya berarti ia kafir.
Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Janganlah kalian membenci ayah-ayah kalian. Barang siapa yang membenci ayahnya berarti ia kafir”.
(Shahih Muslim No.94) 

Diharamkan Surga bagi seseorang yang mengakui seorang yang bukan ayahnya.

Dari Saad bin Abu Waqqash ra., ia berkata, kedua telingaku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang mengakui seseorang dalam Islam sebagai ayah, sedangkan ia tahu bahwa itu bukan ayahnya, maka diharamkan baginya surga”.
(Shahih Muslim No.95)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.