Cari Blog

Minggu, 22 Januari 2012

Fatimah binti Muhammad SAW, Wanita Penghulu Surga

Fatimah adalah anak bungsu. 
Fatimah dinikahkan dengan Ali bin Abu Thalib setelah perang Uhud dengan mahar beberapa pakaian bekas dan kulit domba. 
Mereka tinggal tidak jauh dari rumah Rasulullah SAW. Dari hasil pernikahan mereka dikaruniai 2 orang anak laki-laki; 

  1. Hasan 
  2. Husen 

serta 2 perempuan; 

  1. Ummi Kultsum 
  2. Zainab. 

Fatimah meninggal 5 bulan setelah Rasulullah Saw meninggal.


Kisah


Fatimah dilahirkan pada hari Jumat, 20 Jumadil akhir di Mekkah, tahun kelima setelah kerasulan Nabi Muhammad, atau sekitar tahun 614 M (menurut tradisi Syi'ah) atau tahun 606 M (menurut Sunni). Ia wafat pada tahun ke-11 Hijriyah, enam bulan setelah wafatnya Rasulullah, dan dimakamkan secara rahasia di Pemakaman Baqi', Madinah.
Fatimah adalah putrinya orang-orang mulia, baik dari pihak ayah ataupun ibunya. Ayahnya adalah Nabi terakhir, pemimpin dan suri tauladan kaum Muslimin; Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Ibunya, Khadijah binti Khuwailid, Ummul Mukminin yang bergelar Al-Kubra, sosok yang agung; salah seorang wanita penghulu surga.

Fatimah dilahirkan beberapa saat sebelum Muhammad diutus menjadi seorang Rasul. Ia mendapat gelar Al-Batuul, yaitu yang memusatkan perhatiannya pada ibadah atau tiada bandingnya dalam hal keutamaan, ilmu, akhlak, adab, hasab dan nasab. Ia juga mendapatkan julukan Az-Zahra, yang cemerlang.

Fatimah adalah putri bungsu Rasulullah SAW, yaitu adiknya Ummu Kultsum, Ruqayyah dan Zainab dan yang paling beliau cintai. Rasulullah Saw pernah berkata tentang putri terkasihnya itu, "Fatimah adalah darah dagingku, apa yang menyusahkannya juga menyusahkan aku dan apa yang mengganggunya juga menggangguku." (Ibnu Abdil Bar dalam Al-Isti'aab)

Fatimah dikenal sebagai seorang wanita termulia di dunia pada masanya. Dia seorang wanita yang mempunyai pertalian darah kenabian dan keturunan seorang yang terpilih, anak perempuan manusia yang termulia, Rasulullah SAW. Dia adalah ibu dua anak yang mulia; Hasan dan Husein.

Keluarga Fatimah-lah yang disebut Ahlul Bait oleh Rasulullah SAW. Az-Zubair bin Bukar mengatakan, keturunan Zainab telah tiada dan telah sah riwayat, bahwa Rasulullah SAW menyelimuti Fatimah dan suaminya serta kedua putranya dengan pakaian seraya berkata, "Ya Allah, mereka ini adalah ahli baitku. Maka hilangkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya." (Siyar A'laamin Nubala')

Menurut Ibnu Abdil Bar, Ali bin Abi Thalib menikahinya setelah Perang Uhud. Kemudian Fatimah melahirkan Hasan dan Husein, Muhsinan, Ummi Kultsum, dan Zainab.

Ali berkata, "Aku menikahi Fatimah, sementara kami tidak mempunyai alas tidur selain kulit domba untuk kami tiduri di waktu malam dan kami letakkan di atas unta untuk mengambil air di siang hari. Kami tidak mempunyai pembantu selain unta itu."

Ketika Rasulullah SAW menikahkan Fatimah, beliau mengirimkan seekor unta, selembar kain, bantal kulit berisi ijuk, dua alat penggiling gandum, sebuah timba dan dua kendi. Fatimah menggunakan alat penggiling gandum itu hingga melecetkan tangannya dan memikul qirbah (tempat air dari kulit) berisi air hingga berbekas di dadanya. Walau merupakan putri manusia termulia, namun Fatimah tak memiliki seorang pelayan. Ia mengerjakan sendiri semua urusan rumah tangganya.

Tatkala Ali mengetahui banyak hamba sahaya telah datang kepada Nabi SAW, ia berkata kepada Fatimah, "Alangkah baiknya bila engkau pergi kepada ayahmu dan meminta pelayan darinya."
Kemudian Fatimah datang kepada Nabi SAW. 

Beliau bertanya, "Ada apa, wahai putriku?"
Fatimah menjawab, "Aku datang untuk memberi salam kepadamu." Ia merasa malu untuk meminta kepada ayahandanya, lalu pulang.
Keesokan harinya, Nabi SAW yang datang ke rumahnya dan bertanya, "Apakah keperluanmu?"
Fatimah diam. Ali lalu berkata, "Aku akan menceritakannya kepadamu, wahai Rasululllah. Fatimah menggiling gandum dengan alat penggiling hingga melecetkan tangannya dan mengangkut qirbah berisi air hingga berbekas di dadanya. Ketika hamba sahaya datang kepadamu, aku menyuruhnya agar menemui dan meminta pelayan darimu, yang bisa membantunya guna meringankan bebannya."
Kemudian Nabi SAW bersabda, "Demi Allah, aku tidak akan memberikan
pelayan kepada kamu berdua, sementara aku biarkan perut penghuni Shuffah
merasa kelaparan. Aku tidak punya uang untuk nafkah mereka, tetapi aku
jual hamba sahaya itu dan uangnya aku gunakan untuk nafkah mereka."


Nabi SAW amat menyayangi dan memuliakannya. Keutamaan dan kebaikannya amat banyak, dia adalah seorang yang sabar, taat menjalankan agama, baik, bersikap qana’ah, dan selalu bersyukur kepada Allah.

Pernah suatu ketika Rasulullah SAW marah kepada Ali dan membela Fatimah ketika ada seseorang yang menyampaikan pada beliau bahwa Ali hendak meminang anak perempuan Abu Jahal.
Kemudian Rasul berkata: "Demi Allah, jangan kau kumpulkan anak perempuan Nabi Allah dengan anak perempuan musuh Allah, karena Fatimah merupakan bagian dariku. Aku akan merasa ragu apa yang dirasakannya ragu, dan aku akan merasa tersakiti bila dia merasa sakit".
Ali pun meninggalkan niatnya untuk meminang putri Abu Lahab untuk menjaga perasaan Fatimah. Dia tidak jadi menikahinya. Baru setelah Fatimah meninggal dunia, Ali menikah lagi.

Fatimah juga termasuk seorang mujahidah yang turut berjihad di medan perang, termasuk di Uhud. Ketika wanita-wanita sahabah keluar untuk memberikan pertolongan kepada kaum Muslimin, Fatimah pun turut serta. Ketika bertemu Nabi SAW yang terluka, ia memeluk dan mencuci luka-luka ayahnya dengan air, sehingga darah semakin banyak yang keluar. Tatkala melihat hal itu, Fatimah kemudian mengambil sepotong tikar, lalu membakar dan membubuhkannya pada luka Rasulullah sehingga melekat dan darahnya berhenti keluar. (HR Tirmidzi)

Selain itu, Fatimah juga membantu kaum Muslimin yang lain, di antara tikaman tombak dan sabetan pedang, serta hujan anak panah yang menimpa kaum Muslimin. Ia memberikan pengobatan, menyediakan air minum bagi para prajurit, dan mempersiapkan urusan logistik pasukan Muslimin.

Ummul Mukminin Aisyah mengatakan, suatu saat istri-istri Nabi SAW berkumpul di tempat beliau. Lalu datang Fatimah sambil berjalan, sedang jalannya mirip dengan jalan ayahandanya. Ketika Nabi SAW melihatnya, beliau menyambut Fatimah seraya berkata, "Selamat datang, putriku."
Kemudian beliau mendudukkan Fatimah di sebelahnya, lalu dia berbisik-bisik. Tiba-tiba Fatimah menangis dengan suara keras. Melihat kesedihannya, Nabi SAW berbisik kepadanya untuk kedua kalinya, maka Fatimah tersenyum.

Setelah Rasulullah pergi, Aisyah berkata kepada Fatimah, "Rasulullah SAW telah berbisik kepadamu secara khusus di antara istri-istrinya, kemudian engkau menangis. Apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu?"
Fatimah menjawab, "Aku tidak akan menyiarkan rahasia Rasulullah SAW."

Ketika Rasulullah SAW telah wafat, Aisyah kembali bertemu Fatimah dan berkata, "Aku mohon kepadamu, demi hakku yang ada padamu, ceritakanlah kepadaku apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu waktu itu?"
Fatimah pun menjawab, "Adapun sekarang, maka baiklah. Ketika berbisik pertama kali kepadaku, beliau mengabarkan kepadaku bahwa Jibril biasanya memeriksa bacaan Al-Qur'an Rasulullah sekali dalam setahun, dan sekarang dia memerika bacaannya dua kali. 'Maka kulihat ajalku sudah dekat. Takutlah kepada Allah dan sabarlah. Aku adalah sebaik-baik orang yang mendahuluimu,' kata Rasulullah. Maka aku pun menangis sebagaimana yang engkau lihat itu. Ketika melihat kesedihanku, beliau berbisik lagi kepadaku, 'Wahai Fatimah, tidakkah engkau senang menjadi pemimpin wanita-wanita Mukmin atau umat ini? Maka aku pun tertawa seperti yang engkau lihat."

Ketika menjelang wafatnya Rasulullah dan sakitnya bertambah berat, Fatimah berkata, "Alangkah beratnya, wahai Ayah."
Nabi SAW menjawab, "Tiada kesusahan atas Ayahanda sesudah hari ini."
Pada saat Nabi wafat, Fatimah merasa amat sedih dan menangis sambil berkata, "Wahai ayahku, kepada Jibril kami sampaikan berita duka ini. Wahai ayahku, semoga Allah mengabulkan semua permintaan. Wahai ayahku, hanya surga Firdaus tempat yang layak."

Setelah wafatnya sang ayah, Fatimah berpikir akan mendapatkan harta warisan, sehingga dia datang pada Abu Bakar dan meminta harta warisan Rasulullah. Abu Bakar memberitahukan padanya bahwa dia mendengar Nabi SAW bersabda, "Kami tidak meninggalkan warisan, tidak pula meninggalkan harta."

Fatimah merasa kesal pada Abu Bakar kemudian berdiam diri di rumahnya. Ketika ia jatuh sakit, Abu Bakar datang minta izin untuk menjenguknya. Ali pun menemui istrinya dan berkata, "Wahai Fatimah, ini Abu Bakar datang meminta izin untuk bisa menjengukmu."
"Apakah kau senang bila aku memberinya izin?" tanya Fatimah.
"Tentu, aku senang," jawab Ali. 
Kemudian Fatimah memberikan izin pada Abu Bakar untuk menjenguknya. Abu Bakar berkata, "Demi Allah, aku tidak meninggalkan rumah, harta, keluarga dan kerabat kecuali mencari keridhaan Allah, Rasul-Nya, dan keridhaan kalian, Ahlul Bait."
Fatimah Az-Zahra wafat sekitar 15 bulan setelah wafatnya Rasulullah SAW. Ia telah meriwayatkan 18 hadits dari Nabi SAW. Di dalam "Shahihain" diriwayatkan satu hadits darinya yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim dalam riwayat Aisyah. Hadits dari Fatimah juga diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud.

Ibnul Jauzi berkata, "Kami tidak mengetahui seorang pun di antara putri-putri Rasulullah SAW yang lebih banyak meriwayatkan darinya selain Fatimah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.