Cari Blog

Senin, 23 Januari 2012

Saudah binti Zam’ah


Status ketika menikah: Janda dari Sakran bin ‘Amr bin Abdi Syams yang turut berhijrah ke Habsyah (Abyssinia, Ethiopia)
Periode menikah: Tahun 631M ketika Saudah berusia 35 tahun.
Anak: tidak ada.
Fakta penting: Tujuan Rasulullah SAW menikahinya adalah untuk menyelamatkannya dari kekafiran akibat menjanda. Keluarga Saudah RA masih kafir dan dipastikan akan mempengaruhi kembali Saudah jika tidak diselamatkan.



KISAH


Saudah adalah wanita pertama yang dinikahi Nabi SAW setelah Khadijah meninggal. Ia menemani Rasulullah saw selama kurang lebih tiga tahun sehingga beliau berumah tangga dengan Aisyah. Saudah termasuk salah seorang wanita utama pada zamannya.

Sebelum menikah dengan Rasulullah SAW, Saudah pernah berumah tangga dengan sepupunya yang bernama Sakran bin Amr. Ketika masuk Islam dan membaiat Rasulullah saw, suaminya juga turut serta masuk Islam bersamanya, dan berhijrah bersama-sama menuju bumi Habasyah.

Ketika suami Saudah meninggal, salah seorang sahabat nabi Saw, Khaulah binti Hakim yang sering memperhatikan kesendirian nabi saw, berharap agar nabi Saw mempunyai seseorang untuk menjadi istrinya, dia berharaf beliau akan merasa terhibur, maka dia datang kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, maukah anda menikah?”
“Dengan siapa?” tanya beliau.
“Dengan Saudah binti Zam’ah, karena dia telah beriman padamu dan mengikutimu”, Jawab Khaulah.

Rasulullah kemudian berkata: “Baiklah, pinanglah dirinya buatku!”
Setelah itu, Khaulah segera beranjak menuju Saudah. 
“Kebaikan dan berkah apa yang diberikan Allah kepadamu, wahai Saudah?” kata Khaulah ketika mereka bertemu.
Saudah balik bertanya karena tidak tahu maksudnya: “Apakah itu, wahai Khaulah?”
Khaulah menjawab: “Rasulullah SAW mengutus aku untuk meminangmu.”
Saudah berkata dengan suara gemetar: “Aku berharap engkau menemui ayahku dan menceritakan hal itu kepadanya.”
Ketika itu ayahnya Saudah sedang duduk-duduk santai. Khaulah memberinya salam, lalu si ayah berkata: “Apakah kau datang melamar pagi-pagi, siapakah dirimu?”
“Saya Khaulah binti Hakim,” jawabnya.
Lalu ayah Saudah menyambutnya. 
Kemudian Khaulah berkata padanya: “Sesungguhnya Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib meminang anak perempuanmu.”
Ayah Saudah berkata: “Muhammad adalah seorang yang mulia. Lalu apa yang dikatakan oleh sahabatmu (Rasulullah)?”
“Dia menyukai hal itu:” jawab Khaulah.
Kemudian ayah Saudah berkat: “Sampaikan padanya (Muhammad) agar datang ke sini!”
Kemudian Rasulullah SAW datang padanya dan menikahi Saudah.

Dari Ibnu Abbas diceritakan bahwa Nabi SAW meminang Saudah yang sudah mempunyai lima anak atau enam anak yang masih kecil-kecil. Saudah berkata: “Demi Allah, tidak ada hal yang dapat menghalangi diriku untuk menerima dirimu, sedang kau adalah sebaik-baik orang yang paling aku cintai. Tapi aku sangat memuliakanmu agar dapat menempatkan mereka, anak-anakku yang masih kecil, berada di sampingmu pagi dan malam.”
Rasulullah SAW berkata padanya: “Semoga Allah menyayangi kau, sesungguhnya sebaik-baik wanita adalah mereka yang menunggangi unta, sebaik-baik wanita Quraisy adalah yang bersikap lembut terhadap anak di waktu kecilnya dan merawatnya untuk pasangannya dengan tangannya sendiri.”

Pernikahan Nabi SAW dengan Saudah dilaksanakan pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh kenabian dan setelah kematian Khadijah di Makkah. Dikatakan dalam riwayat lain tahun kedelapan Hijrah dengan mahar sekitar 400 dirham. Rasulullah kemudian mengajaknya berhijrah ke Madinah.

Setelah Saudah semakin tua, dia mengetahui kedudukan Aisyah di mata Rasulullah saw. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, aku memberikan jatah satu hari untukku pada Aisyah, agar engkau dapat bersamanya dalam satu hari itu.”

Ketika bersama Saudah, Nabi menerima ayat tentang hijab dan hal itu dikarenakan istri-istri Nabi SAW keluar pada malam hari menuju ke dataran tinggi di bukit-bukit. Kemudian Umar bin Al-Khathab berkata pada Nabi SAW: “Wahai Nabi, berilah perintah agar istri-istrimu berhijab.”
Namun, tidak jua Nabi melakukan apa yang disarankan Umar. 
Ketika Saudah keluar pada malam hari untuk menunaikan makan malam, Umar bin Khathab memanggilnya dan berkata: “Wahai Saudah, sekarang kami tahu bahwa ada ayat Allah yang memberi motivasi agar memanjangkan hijab yang kau kenakan.”

Saudah dikenal sebagai orang yang suka bersedekah. Umar bin Khathab pernah mengirim sekantung penuh dengan dirham padanya. Kemudian Saudah bertanya, “Apa ini?”
Mereka berkata: “Dirham yang banyak.”
Lalu Saudah membagi-bagikan dirham tadi.

Kedermawanan Saudah juga pernah dibuktikan oleh Aisyah. Pernah Aisyah bertanya kpd Rasulullah Saw: “Bahwa sebagian isteri-isteri Nabi SAW berkata: “Wahai Rasulullah, siapakah di antara kami yang paling cepat menyusulmu ?” 
Nabi SAW menjawab: “Yang terpanjang tangannya di antara kalian.” 
Kemudian mereka mengambil tongkat untuk mengukur tangan mereka. Ternyata, Saudah adalah orang yang terpanjang tangannya di antara mereka. Walaupun begitu kami mengetahui, bahwa maksud dari panjang-tanganya adalah suka sedekah. "Saudah memang suka memberi sedekah dan dia yang paling cepat menyusul Rasulullah di antara kami.” (HR Syaikhain dan Nasai)

Saudah juga memiliki akhlak yang terpuji. Aisyah, Ummul Mukminin, pernah berkata, “Tiada seorang pun yang lebih aku kagumi tentang perilakunya selain Saudah binti Zam’ah yang sungguh hebat.”

Saudah meriwayatkan sekitar lima hadits dari Rasulullah SAW. Dan beberapa sahabat turut meriwayatkan darinya seperti, Abdullah bin Abbas, Yahya bin Abdullah bin Abdurrahman bin Sa’ad bin Zarah Al-Anshari. Abu Daud dan Nasa’i juga menggunakan periwayatan darinya.

Saudah wafat di Madinah pada bulan Syawal tahun 54, pada masa kekhalifahan Muawiyah.

Ketika mendengar Saudah meninggal dunia Ibnu Abbas bersujud. “Rasulullah SAW berkata, "bila kau melihat suatu ayat, maka bersujudlah kalian, dan ayat yang paling agung daripada emas adalah para istri Nabi SAW,” kata Ibnu Abbas.



http://abihafiz.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.