Cari Blog

Kamis, 12 Januari 2012

DHUHA

Shalat Dhuha adalah shalat sunat yang dikerjakan pada waktu pagi hari, waktunya diperkirakan 15 menit setelah terbit matahari hingga 15 menit sebelum masuk waktu dzuhur. Hal ini sesuai dengan Hadits:
                               
Dari Zaid bin Arqam, bahwa ia melihat orang-orang mengerjakan shalat Dhuha [pada waktu yang belum begitu siang], maka ia berkata: “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat Dhuha pada selain saat-saat seperti itu adalah lebih utama, karena sesungguhnya Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: “Shalatnya orang-orang yang kembali kepada ALLAH adalah pada waktu anak-anak onta sudah bangun dari pembaringannya karena tersengat panasnya matahari”. [HR. Muslim]

Shalat Dhuha tidak boleh dikerjakan pada waktu setelah waktu shubuh sampai keluarnya matahari karena waktu itu adalah waktu yang dilarang untuk melakukan shalat apapun kecuali shalat fardhu (qadho fardhu dan shalat tahiyatul masjid).

Dari Ibnu Abbas berkata: “Datanglah orang-orang yang diridhai dan ia ridha kepada mereka yaitu Umar, ia berkata bahwasanya Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melarang sholat sesudah Subuh hingga matahari bersinar, dan sesudah Asar hingga matahari terbenam.” [HR. Bukhari]

Dari Ibnu Umar berkata: “Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Apabila sinar matahari terbit maka akhirkanlah (jangan melakukan) sholat hingga matahari tinggi. Dan apabila sinar matahari terbenam, maka akhirkanlah (jangan melakukan) sholat hingga matahari terbenam”. [HR. Bukhari]

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melarang dua sholat. Beliau melarang sholat sesudah sholat Subuh sampai matahari terbit dan sesudah sholat Asar sampai matahari terbenam. [HR. Bukhari]

Dari Muawiyah ia berkata (kepada suatu kaum): “Sesungguhnya kamu melakukan sholat (dengan salah). Kami telah menemani Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, kami tidak pernah melihat beliau melakukan sholat itu karena beliau telah melarangnya, yaitu dua rakaat sesudah sholat Asar”. [HR. Bukhari]

Dari Uqbah bin Amir:
“Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melarang sholat pada tiga saat:
(1) ketika terbit matahari sampai tinggi,
(2) ketika hampir Zuhur sampai tergelincir matahari,
(3) ketika matahari hampir terbenam.”
[HR. Bukhari]

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah melarang sholat pada waktu tengah hari tepat (matahari di atas kepala), sampai tergelincir matahari kecuali pada hari Jumat. [HR. Abu Dawud]
  
Menurut jumhur ulama, selain sholat sunat Tahiyatul Masjid, dilarang melakukan sholat apapun. Telah bersabda Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
“Matahari terbit dengan diikuti setan. Pada waktu mulai terbit, matahari berada dekat dengan setan, dan ketika telah mulai meninggi berpisah darinya. Pada waktu matahari berada tepat di tengah-tengah langit, ia kembali dekat dengan setan, dan ketika telah zawal (condong ke arah barat) ia berpisah darinya. Pada waktu hampir terbenam, ia dekat dengan setan, dan setelah terbenam ia berpisah lagi darinya.” [HR. Nasa’i]

Waktu-waktu itu adalah waktu yang diharamkan untuk shalat. Artinya apabila kita melakukan shalat sunat pada waktu yang diharamkan, maka bukan pahala yang kita dapatkan, melainkan dosa.

Anjuran Sholat Dhuha

Dari Abu Hurairah, ia berkata:
“Kekasihku صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah berwasiat kepadaku tiga perkara: 
[1] Puasa tiga hari setiap bulan,
[2] Dua rakaat shalat Dhuha
[3] Melaksanakan shalat witir sebelum tidur.”
[HR. Bukhari, Muslim, Turmuzi, Abu Dawud, Nasa’i, Ahmad dan Ad-Darami]

Dari Abud Darda, ia berkata:
“Kekasihku telah berwasiat kepadaku tiga hal. Hendaklah saya tidak pernah meninggalkan ketiga hal itu selama saya masih hidup:
[1] Menunaikan puasa selama tiga hari pada setiap bulan,
[2] Mengerjakan shalat Dhuha, dan
[3] Tidak tidur sebelum menunaikan shalat Witir.”
[HR. Muslim, Abu Dawud, Turmuzi dan Nasa’i]

Dari Abu Said [Al-Khudry], ia berkata: Adalah Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengerjakan shalat Dhuha, sehingga kami mengira bahwa beliau صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak pernah meninggalkannya. Dan jika beliau صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ meninggalkannya, kami mengira seakan-akan beliau tidak pernah mengerjakannya”.[HR. Turmuzi, hadis hasan]

Dari Aisyah, ia berkata:
“Saya tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menunaikan shalat Dhuha, sedangkan saya sendiri mengerjakannya. Sesungguhnya Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pasti akan meninggalkan sebuah perbuatan meskipun beliau menyukai untuk mengerjakannya. Beliau berbuat seperti itu karena khawatir jikalau orang-orang ikut mengerjakan amalan itu sehingga mereka menganggapnya sebagai ibadah yang hukumnya wajib (fardhu).”
[HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Malik dan Ad-Darami]

Dalam Syarah An-Nawawi disebutkan: Aisyah berkata seperti itu karena dia tidak setiap saat bersama Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Pada saat itu Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memiliki istri sebanyak 9 (sembilan) orang. Jadi Aisyah harus menunggu selama 8 hari sebelum gilirannya tiba. Dalam masa 8 hari itu, tidak selamanya Aisyah mengetahui apa-apa yang dilakukan Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di rumah istri beliau yang lain.

Keutamaan Sholat Dhuha

Dari Abu Dzar, dari Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, beliau bersabda:
“Pada pagi hari setiap tulang (persendian) dari kalian akan dihitung sebagai sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan kebaikan (amar ma’ruf) dan melarang dari berbuat munkar (nahi munkar) adalah sedekah. Semua itu cukup dengan dua rakaat yang dilaksanakan di waktu Dhuha.”
[HR. Muslim, Abu Dawud dan riwayat Bukhari dari Abu Hurairah]

Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:  Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga”.
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]

Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: “Shalat Dhuha itu dapat mendatangkan rejeki dan menolak kefakiran. Dan tidak ada yang akan memelihara shalat Dhuha melainkan orang-orang yang bertaubat.”

Jumlah Raka'at Sholat Dhuha adalah 2 RAKAAT. 
Dari Abu Hurairah, ia berkata:
“Kekasihku صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah berwasiat kepadaku tiga perkara: 
[1] Puasa tiga hari setiap bulan,
[2] Dua rakaat shalat Dhuha
[3] Melaksanakan shalat witir sebelum tidur.”
[HR. Bukhari, Muslim, Turmuzi, Abu Dawud, Nasa’i, Ahmad dan Ad-Darami]
  
Jumlah Raka'at Sholat Dhuha adalah 4 RAKAAT. 
Dari Mu’dzah, ia bertanya kepada Aisyah: “Berapa jumlah rakaat Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ketika menunaikan shalat Dhuha?”
Aisyah menjawab: “Empat rakaat dan beliau menambah bilangan rakaatnya sebanyak yang beliau suka.” [HR. Muslim dan Ibnu Majah]

Jumlah Raka'at Sholat Dhuha adalah 8 RAKAAT
Dari Ummu Hani binti Abu Thalib, ia berkata: “Saya berkunjung kepada Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pada tahun Fathu (Penaklukan) Makkah. Saya menemukan beliau sedang mandi dengan ditutupi sehelai busana oleh Fathimah putri beliau”.
Ummu Hani berkata: “Maka kemudian aku mengucapkan salam”.
Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: “Siapakah itu?”
Saya menjawab: “Ummu Hani binti Abu Thalib”.
Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: “Selamat datang wahai Ummu Hani”.
Sesudah mandi beliau menunaikan shalat sebanyak 8 (delapan) rakaat dengan berselimut satu potong baju.
Sesudah shalat saya (Ummu Hani) berkata: “Wahai Rasulullah, putra ibu Ali bin Abi Thalib menyangka bahwa dia boleh membunuh seorang laki-laki yang telah aku lindungi, yakni fulan Ibnu Hubairah”.
Maka Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: “sesungguhnya kami juga melindungi orang yang kamu lindungi, wahai Ummu Hani”.
Ummu Hani juga berkata: “Hal itu (Rasulullah shalat) terjadi pada waktu Dhuha.” 
[HR. Muslim]

Jumlah Raka'at Sholat Dhuha adalah 12 RAKAAT
Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga”.
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]
  
Tata Cara Sholat Dhuha
  
Cara mengerjakan Shalat Dhuha, sama seperti shalat sunnat biasanya, dilakukan setiap 2 rakaat 1 salam.
Niatnya adalah "ushalli sunnatadh-dhuha rak'ataini lillahi ta'ala".
Surat yang dibaca adalah
- Surah Asy-Syams [91] 
- Surat Kaafiruun [109] 
- Surah Adh-Dhuha [93] 
- Surat Al-Ikhlas [112]
- atau surat Al-Qur'an lainnya .

Menutup shalat Dhuha dengan berdoa.

Berdoa adalah kebiasaan yang sangat baik dan dianjurkan sebagai tanda penghambaan kita kepada ALLAH.
Didalam berdo’a hendaknya kita perhatikan adab-adab berdoa diantaranya:
- istighfar
- menyebut nama ALLAH, 
- memuji syukur kepada-NYA dan kemudian 
- bershalawat kepada Nabi Muhammad صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 
- lalu ke inti doa yaitu:



Allahumma innadh-dhuhaa'a dhuhaa'uka, wal bahaa'a bahaa'uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal 'ishmata 'ishmatuka.
Allahumma inkaana rizqii fis-samaa'i fa anzilhu, wa inkaana fil ardi fa akhrijhu, wa inkaana mu'assaran fa assirhu, wa inkaana haraman fa thahhirhu, wa inkaana ba'iidan fa qarribhu.
Bihaqqi dhuhaa'ika, wa bahaa'ika, wa jamaalika, wa quwwatika, wa qudratika.
Aatinii maa'ataita 'ibaadakash-shaalihiin.

Artinya:
“Yaa ALLAH, sesungguhnya waktu Dhuha adalah waktu Dhuha-MU – dan kecantikan adalah kecantikan-MU – dan keindahan adalah keindahan-MU – dan kekuatan adalah kekuatan-MU – dan kekuasaan adalah kekuasaan-MU - dan perlindungan adalah perlindungan-MU. 
Yaa ALLAH, jika rejeki masih di langit, maka turunkanlah – Dan jika ada didalam bumi maka keluarkanlah – dan jika sukar maka mudahkanlah – dan jika haram maka sucikanlah - dan jika masih jauh maka dekatkanlah.
Berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-MU. 
Limpahkanlah kepadaku segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambamu yang shaleh.


Kemudian ditutup dengan do'a sapujagat (rabbana atinaa.... ) dan puji syukur (Alhamdulillah.....)

Wallahu a’lam. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.