Cari Blog

Sabtu, 14 Januari 2012

Kisah Seorang Wanita Shalihah Anak Penjual Susu.

Dalam memilih calon pendamping, seringkali kita hanya melihat dari luarnya saja. Yang sering dicari oleh orang-orang pada saat ini hanyalah kekayaan/materi, ketampanan/kecantikan, dan hal-hal lain yang bersifat duniawi. Padahal semua hal yang bersifat duniawi akan musnah sewaktu-waktu. 
Boleh saja kita mencari calon pendamping hidup yang tampan, cantik, kaya, gagah. Namun yang paling utama dari semua itu, carilah calon pendamping yang memiliki iman yang kuat, taat pada perintah Allah. Hanya dengan pendamping hidup yang bertakwa, kita akan mampu menemukan kehidupan rumah tangga yang bahagia dan penuh rahmat, Insya Allah.

Sebagaimana Nabi saw sudah memberikan sebuah peringatan: 
“Janganlah kalian menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin kecantikannya itu bisa mencelakakan. Dan jangan kamu kawini wanita karena hartanya, mungkin hartanya itu bisa menyombongkannya. Akan tetapi kawinilah mereka karena agamanya, sesungguhnya seorang hamba sahaya yang hitam warna kulitnya tetapi beragama, itu jauh lebih utama ”. (HR Ibnu Majah, Al-Bazar, dan Al-Baihaqi dari Abdullah bin Umar).


Begitu juga untuk mendapatkan jodoh yang baik, maka kitapun harus berbenah diri karena ketaqwaan kita kepada Allah akan mengarahkan kita kepada jodoh yang baik seperti halnya  riwayatkan dibawah ini:

Suatu malam, Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA berkeliling keluar masuk lorong kampung mengontrol keadaan rakyatnya,suatu pekerjaan yang rutin dilakukan beliau dalam kapasitas sebagai kepala negara.
Tiba-tiba beliau mendengar sebuah percakapan menarik dari rumah seorang wanita penjual susu, terdengar seorang tua berkata: “Ayo, bangunlah! Campurkan susu itu dengan air!” 
“Apakah ibu belum mendengar larangan dari Amirul Mukminin” tanya wanita muda. 
Wanita tua balik bertanya: “Apa larangannya, Nak?” 
“Beliau melarang umat Islam menjual susu yang dicampur air”, jawab wanita muda.
“Ah, ayo bangun. Cepatlah kau campur susu ini dengan air. Janganlah engkau takut pada Umar, mana ada dia di sini !” kata wanita tua.
Namun wanita muda berkata dengan lembut: “Memang Umar tidak melihat kita, Bu. Tapi Tuhannya Umar melihat kita. Maafkan saya bu! saya tidak dapat memenuhi permintaanmu. Saya tidak ingin jadi orang munafik, mematuhi perintahnya di depan umum, tapi melanggar di belakangnya ”. 
Dialog ibu dan anak ini sungguh sangat menyentuh Umar. Khalifah yang terkenal keras itu pun luluh dan terharu hatinya. Beliau sangat kagum dengan ketakwaan gadis miskin anak penjual susu itu.
Paginya beliau memerintahkan salah seorang putranya (Ashim) untuk meminang gadis miskin tersebut, “Pergilah kau ke sebuah tempat, terletak di daerah itu. Di sana ada seorang gadis penjual susu, kalau ia masih sendiri, pinanglah dia. Mudah-mudahan Alloh akan mengaruniakanmu dengan seorang anak yang shalih yang penuh berkah ”. 

Maka Ashim menikahi gadis mulia itu.

Dari hasil pernikahan mereka menghasilkan seorang anak perempuan yang di beri nama, Ummu Ushim. kemudian Ummu Ashim dinikahi Abdul Aziz bin Marwan, dan lahirlah dari pernikahan itu seorang putra yang diberi nama Umar bin Abdul Aziz, yang kemudian terkanal keshalihannya seperti kakeknya, umar bin khatab ra. 
Subhnallah

Allahu 'alam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.