Cari Blog

Senin, 16 Januari 2012

Munafik

Pengertian Munafik

Munafik adalah sebutan untuk orang yang melakukan perbuatan Nifâq.
"Nifâq" diambil dari nâfiqâ’ bukan nafaq. Nâfiqâ adalah salah satu ruang yarbû’ (Jerboa-Ing) yaitu binatang sejenis tupai yang sebagian ruangannya ditutupi dan sebagian ruang yang lain dibuka (Ibn Manzhur, Lisân al-‘Arab, X/358). Dengan demikian, secara etimologis, nifâq dapat diartikan sebagai membuka satu sisi dan menutup sisi yang lainnya.  Konotasi inilah yang populer di kalangan orang Arab sampai datangnya Islam.
Al-Quran kemudian memberikan konotasi lain pada kata tersebut, yaitu menampakkan wajah yang berbeda anatara di dalam dan di luar Islam, atau di hadapan kaum Muslim menampakkan sikap yang sependirian dengan mereka, tetapi di hadapan kaum lain menampakkan sikap yang sependirian dengan kaum tersebut. 
Inilah sikap nifâq.  Karakter demikian menjadi karakter dasar orang munafik (munâfiq).  
Allah Swt. menunjukkan sikap dasar munafik tersebut dalam firman-Nya: 
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا قَالُوا ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
"Jika mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, “Kami telah beriman.” Sebaliknya, jika mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami sependirian  dengan kalian. Kami hanyalah berolok-olok.” (QS al-Baqarah [2]: 14).

Ibn Manzhur menyatakan bahwa sebutan munafik dengan pengertian tersebut merupakan pengertian khusus yang belum dikenal oleh orang Arab sebelumnya, yaitu orang yang pada lahiriahnya menampakkan keimanan padahal dalam batinnya menyembunyikan kekufuran (Ibid, X/359). Dengan demikian, nifâq adalah sikap menampakkan sesuatu secara lahiriah yang berbeda dengan apa yang ada di dalam batin (hati). (An-Nawawi, Syarh Shahîh  Muslim, II/47). 
Al- Jurjani menilai orang munafik adalah orang yang bersaksi atau menyatakan diri sebagai orang beriman dan melaksanakan perintah dan larangan Allah, tetapi ia tidak meyakininya. (Al-Jurjani, at-Ta‘rifât, I/60).

Firman Allah: 
“Dan diantara manusia ada yang mengatakan,’aku beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian,’padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang yang beriman. Mereka itu hendak menipu Allah berserta orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri,sedang mereka tidak sadar” [Qs Al Baqarah: 8-9] 

“Mereka (orang munafik) hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan) mereka. Dan Allah telah menyempurkan cahayaNya, meskipun orang kafir membenci.” [Qs Asy-Shaf;8] 


Ciri-Ciri Orang Munafik

Mereka yang meninggalkan orang-orang mukmin dan menjadikan orang-orang kafir sebagai temannya.

“…..(iaitu) orang yang mengambil orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan disisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah” [Qs An Nisa’ :139]

Mereka yang tidak mahu diajak berhukum dengan hukum Allah dan RasulNya.“Apabila dikatakan kepada mereka (org munafik): ”Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dr (mendekati) kamu” (Qs. An Nisa: [4]: 61)

Mereka yang malas menegakkan sholat, jikapun mengerjakannya semata-mata karena riya'.

Firman Allah: 
“Dan bila mereka berdiri untuk melaksanakan solat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riyak dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka itu menyebut asma Allah, kecuali sedikit sekali. [Qs An Nisa [4]:142]


Mereka yang selalu membelakangi kebenaran.
"Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran)". (QS. at-Taubah [9]: 75-76)

Mereka yang suka Mengejek Agama Allah, Rasul-Nya, dan Al-Qur’an (kitab-kitab Allah). 
"Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi". (QS at-Taubah [9]: 74)


Mereka yang membenci Rasulullah SAW.
Tidaklah   seseorang mencintaiku kecuali ia seorang Mukmin dan tidaklah seseorang membenciku kecuali ia seorang munafik”. (HR. Muslim)


Tidak percaya dengan janji Allah dan Rasul-Nya.
(lihat QS. al-Ahzab [33]:12).


Beribadah bukan karena Allah tetapi untuk riya dan mendapat pujian.
(lihat QS an-Nisa’ [4]: 12).


Tidak mau melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dengan memberikan alasan-alasan bahkan kalau perlu mereka akan bersumpah. 
(lihat QS al-Ahzab [33]:13).


Menghalangi manusia untuk melaksanakan perintah Allah.
(lihat QS an-Nisa’ [4]: 61; 
al-Munafiqun [63]: 2).


Menyerukan kemungkaran dan melarang atau mencegah kemakrufan. 
(lihat QS at-Taubah [9]: 65).


Merasa senang jika berhasil menyesatkan orang lain dan jika dipuji orang atas perbuatan baik yang sebenarnya tidak mereka lakukan. 
(lihat QS Ali ‘Imran [3]: 188).


Ragu-ragu dalam melaksanakan jihad.
"Dan orang-orang yang beriman berkata: “mengapa tidak diturunkan suatu surat?” Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan didalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka". (QS 47:20) 


Mereka yang asyik bermaksiat dan menturuti hawa nafsu.
"Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka".  (QS. Muhammad [47]: 20) 

4 Ciri Orang Munafik
Dari Abdullah bin Amru ra., ia berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda:
“Ada empat sifat yang bila dimiliki maka pemiliknya adalah munafik murni. Dan barang siapa yang memiliki salah satu di antara empat tersebut, itu berarti ia telah menyimpan satu tabiat munafik sampai ia tinggalkan. 
- Apabila berbicara ia berbohong, 
- apabila bersepakat ia berkhianat, 
- apabila berjanji ia mengingkari, dan 
- apabila bertikai ia berbuat curang”.
(Shahih Muslim No.88) 



3 Ciri Orang Munafik
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Ada tiga tanda orang munafik; 
- apabila berbicara ia berbohong, 
- apabila berjanji ia mengingkari, 
- dan apabila dipercaya ia berkhianat”.
(Shahih Muslim No.89)

Ancaman bagi Orang Munafik


Malaikat mencabut nyawa mereka dengan kasar dan dipukul.
"Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka?". (QS. Muhammad [47]: 25)

Allah akan mengumpulkan mereka bersama orang-orang kafir di dalam Jahannam.
"Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam". (QS. An Nisa: 140)

Kekal didalam neraka jahanam.
“Tidakkah mereka (orang-orang munafik) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah SWT dan Rasul-Nya maka bagi dia neraka jahanam. Dia kekal di dalamnya dan itu adalah kehinaan yang besar.” (QS. At-Taubah: 63)

“Allah SWT mengancam orang-orang munafik yang laki-laki dan perempuan serta orang-orang kafir dengan neraka jahanam. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. At-Taubah: 68)

"Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya". (At-Taubah:73)

Kelak mereka akan berada di kerak neraka:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An-Nisa: 145)

Contoh Perbuatan Munafik di Jaman Rasulullah Saw.


Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa Jallas bin Suwaid bin Shamit adalah salah seorang di antara mereka yang tidak ikut berangkat ke medan perang Tabuk; ia tidak mengindahkan himbauan Rasulullah saw. Bahkan Jallas mengatakan, "Sungguh jika lelaki ini (Nabi Muhammad) memang benar, berarti kami ini lebih buruk daripada keledai."
Umair bin Said mendengarkan apa yang telah 
Jallas ucapkan itu, lalu ia melaporkannya kepada Rasulullah saw. Ketika ditanyakan kepadanya, ia bersumpah dengan menyebut nama Allah bahwa dirinya tidak mengatakan hal itu. 
Maka Allah swt. menurunkan firman-Nya: "Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu)...." (QS. At-Taubah: 74). 
Akan tetapi mereka (para sahabat) menduga bahwa Jallas bertobat dari perbuatannya itu dan ternyata tobatnya itu baik.

Selanjutnya Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis yang sama, hanya kali ini ia memakai jalur periwayatan yang bersumber dari Kaab bin Malik. Ibnu Saad di dalam kitab Thabaqat mengetengahkan pula hadis yang sama dengan melalui jalur periwayatan yang bersumber dari Urwah.
------------------------------------------------------------------

Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Anas bin Malik ra. yang menceritakan, bahwa sewaktu Nabi saw. sedang berkhutbah, Zaid bin Arqam mendengar seorang lelaki dari kalangan orang-orang munafik mengatakan: "Jika lelaki ini (Nabi Muhammad) benar, sungguh kami lebih buruk daripada keledai." 
Lalu Zaid bin Arqam melaporkan hal tersebut kepada Nabi saw, akan tetapi lelaki yang mengatakan demikian itu mengingkarinya. Maka Allah swt. menurunkan firman-Nya: "Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan sesuatu (yang menyakitimu)........". (Q.S. At-Taubah 74).
---------------------------------------------------

Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Rasulullah saw. sedang duduk bernaung di bawah sebuah pohon. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya nanti akan datang kepada kalian seorang manusia yang kedua matanya melihat dengan pandangan setan." Maka tidak lama kemudian datanglah seorang lelaki yang bermata biru, lalu Rasulullah saw. memanggilnya dan bertanya kepadanya: "Mengapa kamu dan teman-temanmu mencaci aku?" Kemudian lelaki itu pergi dan datang kembali bersama dengan teman-temannya menghadap kepada Rasulullah saw. Lalu mereka bersumpah dengan nama Allah, bahwa mereka tidak mengatakan sesuatu yang menyakiti Nabi saw. sehingga Nabi saw. mau memaafkan mereka.
Maka pada saat itu juga Allah swt. menurunkan firman-nya, "Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan sesuatu (yang menyakitimu).........." (Q.S. At-Taubah 74).
-----------------------------------------------------

Ibnu Jarir mengetengahkan pula sebuah hadis melalui Qatadah yang menceritakan, bahwa ada dua orang lelaki bertarung; yang satu dari Juhainah sedangkan yang lainnya dari Ghiffar. Juhainah adalah teman sepakta orang-orang Ansar, dan ternyata orang yang dari Bani Ghiffar itu dapat membunuh lawannya yang dari Juhainah. 
Maka pada saat itu Abdullah bin Ubay (orang munafik) berkata kepada kabilah Aus (orang-orang Ansar): "Tolonglah saudara-saudara kalian, demi Allah, tiada lain perumpamaan antara kita dan Muhammad adalah bagaikan peribahasa yang mengatakan, 'Gemukkanlah anjingmu! Tentulah ia akan memakanmu.' Jika kita kembali ke Madinah niscaya golongan yang kuat akan mengusir golongan yang lemah daripadanya." 
Maka pada saat itu juga ada seorang lelaki dari kalangan kaum muslimin berlari cepat membawa berita tersebut kepada Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw. mengutus seseorang untuk menanyakan kepada Abdullah bin Ubay tentang maksud perkataannya itu. Akan tetapi Abdullah bin Ubay bersumpah dengan nama Allah, bahwa ia tidak mengatakannya. Maka Allah swt. menurunkan firman-Nya: "Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan sesuatu (yang menyakitimu)....." (Q.S. At-Taubah 74).
----------------------------------------------------------

Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa ada seorang lelaki yang dikenal dengan nama panggilan Aswad bermaksud ingin membunuh Nabi saw. Maka Allah swt. menurunkan firman-Nya: ".....Dan mereka menginginkan apa yang mereka tidak dapat mencapainya......" (Q.S. At-Taubah 74)
-----------------------------------------------------------

Ibnu Jarir dan Abu Syekh mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah, bahwasanya seorang bekas budak Bani Addiy bin Kaab membunuh seorang lelaki dari kalangan orang-orang Ansar. Maka Nabi saw. memutuskan hukum supaya si pembunuh membayar diat sebanyak dua belas ribu (dinar). Sehubungan dengan peristiwa ini Allah swt. menurunkan firman-Nya: "....Dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan kecukupan kepada mereka sebagai karunia-Nya...." (Q.S. At-Taubah 74).
-------------------------------------------------------------

Imam Thabrani, Ibnu Murdawaih dan Ibnu Abu Hatim serta Imam Baihaqi di dalam kitab Dalail mengetengahkan sebuah hadis dengan sanad yang dha'if (lemah) melalui Abu Umamah, bahwasanya Tsa'labah bin Hathib meminta kepada Rasulullah saw: "Wahai Rasulullah! Mintakanlah kepada Allah semoga saya diberi rezeki harta kekayaan."
Rasulullah saw. Menjawab: "Celakalah engkau ini, hai Tsa'labah, sesungguhnya sedikit kekayaan yang engkau syukuri adalah lebih baik daripada banyak harta yang engkau tidak mampu untuk mensyukurinya."
Selanjutnya Tsa'labah mengatakan: "Demi Allah, seandainya Allah memberiku harta yang banyak, niscaya aku akan memberikan hak-haknya kepada setiap orang yang berhak menerimanya."
Maka Rasulullah mendoakannya, dan Tsa'labah diberinya seekor kambing. Kemudian kambing yang satu itu menjadi berkembang dan bertambah banyak dalam waktu yang singkat, sehingga kambing milik Tsa'labah memenuhi jalan-jalan kota Madinah. Maka terpaksa Tsa'labah menjauh dari kota Madinah, dan kebiasaan Tsa'labah ialah ia selalu menghadiri salat berjemaah, untuk itu ia keluar dari rumahnya demi salatnya. Kemudian kambingnya yang banyak itu makin bertambah dan berkembang lagi sehingga tempat-tempat penggembalaan di Madinah tidak dapat menampungnya lagi, maka terpaksa Tsa'labah pun makin menjauh dari kota Madinah. Tsa'labah sebelumnya selalu menghadiri salat Jumat di Mesjid, untuk itu ia selalu keluar meninggalkan tempat penggembalaannya demi salat Jumat.
Akan tetapi lama-kelamaan setelah kambingnya makin bertambah banyak lagi dan ia makin menjauh dari kota Madinah, akhirnya ia meninggalkan salat Jumat dan salat jemaah yang biasa ia lakukan sebelumnya itu. 

Ketika Allah swt. menurunkan firman-Nya: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka." (Q.S. At-Taubah 103).

Kemudian Rasulullah saw. mengangkat dua orang menjadi amil untuk memungut zakat, selanjutnya beliau menuliskan surah perintah untuk dibawa oleh keduanya. Kedua amil itu mendatangi Tsa'labah lalu membacakan kepadanya surah perintah dari Rasulullah saw.
Akan tetapi Tsa'labah menjawab, "Pergilah kalian berdua kepada orang-orang lain dahulu, maka bilamana kalian telah selesai dari mereka mampirlah kepadaku."
Lalu kedua amil itu melakukan apa yang ia maui, dan ketika keduanya kembali kepadanya, Tsa'labah berkata: "Apa-apaan ini, sesungguhnya zakat itu tiada lain hanyalah saudara daripada jizyah (upeti)," maka keduanya pun berlalu dari Tsa'labah.

Kemudian Allah swt. menurunkan firman-Nya: 
“Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta”
. (Q.S. At-Taubah: 75-77)

Ibnu Jarir dan Ibnu Murdawaih keduanya mengetengahkan pula hadis yang sama, hanya melalui jalur periwayatan Aufiy dari Ibnu Abbas r.a.

Dengan demikian maka keberadaan orang-orang munafik sangat berbahaya bagi kaum muslim, karena ia seperti musuh di dalam selimut. 

"Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin)". (QS. at-Taubah: 107)


Kita memohon kepada Allah agar dijauhkkan dari sifat kemunafikan dan dari kerusakan yang timbul dari perilaku orang-orang munafik dan fasik.
Wallahu’alam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.