Cari Blog

Selasa, 24 Januari 2012

Syeikh Albani

Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin al-Haj Nuh al-Albani 
Lahir di Shkoder, Albania; 1914 / 1333 H  
Meninggal di Yordania; 1 Oktober 1999 / 21 Jumadil Akhir 1420 H; umur 84–85 tahun) 
Ia adalah salah seorang ulama Salafi  yang dikenal sebagai ahli haditsIa dibesarkan di tengah keluarga yang tak berpunya.


Ayah al-Albani, yaitu al-Haj Nuh, adalah lulusan lembaga pendidikan ilmu-ilmu syariat di ibu kota negara Turki Usmani (yang kini menjadi Istanbul), yang wafat malam Sabtu, 21 Jumada Tsaniyah 1420 H, atau bertepatan dengan tanggal 1 Oktober 1999


Ketika Raja Ahmet Zogu naik tahta di Albania, Syeikh Nuh dan keluarganya, berhijrah ke Syam (Suriah,Yordania dan Lebanon sekarang). Lalu ia sekeluarga pun menuju Damaskus.

Setiba di Damaskus, Syeikh al-Albani kecil masuk madrasah yang dikelola Jum'iyah al-Is'af al-Khairiyah. Ia mempelajari al-Qur'an dari ayahnya.


Syeikh al-Albani juga mempelajari keterampilan memperbaiki jam dari ayahnya, sehingga ia menjadi seorang ahli servise. Ketrampilan ini kemudian menjadi salah satu mata pencariannya.

Pada umur dua puluh tahun, al-Albani belajar ilmu hadits lantaran terkesan dengan pembahasan-pembahasan yang ada dalam majalah al-Manar, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Syeikh Muhammad Rasyid Ridha


Kegiatan pertama di bidang ini ialah menyalin sebuah kitab berjudul al-Mughni 'an Hamli al-Asfar fi Takhrij ma fi al-Ishabah min al-Akhbar, sebuah kitab karya al-Iraqi, berupa takhrij terhadap hadits-hadits yang terdapat pada Ihya' Ulumuddin karangan Imam Al-Ghazali. Kegiatan Syeikh Al-Albani dalam bidang hadits ini ditentang oleh ayahnya yang berkomentar, "Sesungguhnya ilmu hadits adalah pekerjaan orang-orang pailit."
Namun, Syeikh al-Albani justru semakin menekuni dunia hadits. 

Pada perkembangan berikutnya, Syeikh al-Albani tidak memiliki cukup uang untuk membeli kitab. Karenanya, ia memanfaatkan Perpustakaan azh-Zhahiriyah di sana (Damaskus), di samping juga meminjam buku dari beberapa perpustakaan khusus.

Akhirnya, kepala kantor perpustakaan memberikan sebuah ruangan khusus di perpustakaan untuknya. Bahkan kemudian ia diberi wewenang untuk membawa kunci perpustakaan. Dengan demikian, ia menjadi leluasa dan terbiasa datang sebelum pengunjung lain datang. 

Syeikh al-Albani pernah dipenjara dua kali. 
Kali pertama selama satu bulan dan kali kedua selama enam bulan. Itu tidak lain karena dakwah dan dalih memerangi bid'ah, sehingga orang-orang tidak menyukainya.

Syeikh al-Albani pernah mengajar di Jami'ah Islamiyah (Universitas Islam Madinah) selama tiga tahun, sejak tahun 1381-1383 H.


Setelah itu, ia pindah ke Yordania. 

Pada tahun 1395 H hingga 1398 H, ia kembali ke Madinah untuk bertugas sebagai anggota Majelis Tinggi Jam'iyah Islamiyah di sana. Ia mendapat penghargaan tertinggi dari kerajaan Arab Saudi berupa King Faisal Foundation tanggal 14 Dzulkaidah 1419 H (1999 M).

Karya Syeikh al-Albani amat banyak, di antaranya ada yang sudah dicetak, ada yang masih berupa naskah, dan ada yang hilang. Semua berjumlah 218 judul.

Awal mula ia melakukan penelitian ilmiah yaitu ketika ia menyelidiki masalah tentang larangan mengerjakan salat di masjid yang dibangun di lingkungan kuburan para nabi dan wali. Namun hasil penelitiannya tidak diakui oleh gurunya yaitu Syaikh Al-Buurhaani. 
Justru ia malah semakin larut untuk membahas permasalahan tersebut. Itulah asal-usul lahirnya kitabnya yang diberi judul “Tahdziirus Saajid min Ittikhaadzil Qubuuril Massajid”
Dalam menegakkan dakwah manhaj Salafus Shalih, Syaikh Al-Albani mengalami beberapa cobaan. Ia sering menghadapi penentangan yang keras dari ulama-ulama madzhab, guru-guru sufi dan kaum khurafat dan menjulukinya sebagai "wahabi sesat".
Seperti halnya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah ia juga pernah mengalami pencekalan dalam penjara di karenakan hasad dan fitnahnya terhadap orang-orang yang menentangnya.

Syaikh Al-Albani rutin mengisi sejumlah jadwal kajian untuk membahas kitab-kitab. Berkat kerasnya muncullah karya-karya ilmiah dlam masalah hadits, fiqih, aqidah dan lainnya. Ilmu  penelitian dalam ilmu hadits dan ilmu jarh wa ta’dil dengan pemahamn Salafus Shalih dan metode mereka dalam tafaqqud fid dien (mendalami agama) dan dalam istimbath hukum. Semua itu membuat ia menjadi tokoh ulama 
Salafus Shalih.

Al-jami’ah Al-Islamiyyah di Madinah Al-munawwarah menjadikan ia sebagai pengajar materi hadits, ilmu dan fiqih hadits di perguruan tinggi tersebut. Ia bertugas selama 3 tahun dari 1381 H sampai 1383 H. Pada tahun 1395 H sampai 1397 H pengurus Al-Jami’ah mengangkatnya sebagai salah satu anggota majelis Al-Jami’ah. 
Ia pernah mendapatkan sebuah penghargaan dari kerajaan Arab Saudi berupa Piagam king Faisal pada tanggal 14 Dzulqa’idah 1419 H.

Berikut adalah beberpa karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani , yang ia tulis selama kurang lebih enam puluh tahun:
  1. Adabuz Zifaaf fis Sunnah Muthaharrah – karangan2. 
  2. Ahkaamul Janaaiz – karangan3. 
  3. Irwaaul Ghalil fi Takhrij Ahaadits Manaaris Sabiil – karangan 8 jilid4. 
  4. Tamaamul Minnah fi Ta’liq ‘Alaa Fiqh Sunnah – karangan5. 
  5. Silsilah Ahaadits Ash-Shahihah wa syai-un min fiqiha wa fawaa-iduha. 
  6. Silsilah Ahaadits Adh-Dhaifah wal Maudhuu’ah wa Atsaaruha As-Sayyi’ fil Ummah. 
  7. Shifat salat Nabi shallahu’alaihi wasallam minat Takbiir ilat Taslim kaannaka taraaha  
  8. Shahih At-Targhib wat Tarhiib. 
  9. Dha’if At-Targhib wat Tarhiib. 
  10. Fitnatut Takfiir. 
  11. Jilbaab Al-Mar’atul muslimah. 
  12. Qishshshah Al-Masiih Ad-Dajjal wa Nuzuul Isa ‘alaihis sallam wa qatluhu iyyahu fi akhiriz Zaman.
Dan masih banyak yang lainnya (Buku-buku diatas telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia). Selain itu ia juga memiliki kaset hasil rekaman ceramahnya.

Syaikh Al-Albani wafat pada waktu ashar hari sabtu tanggal 22 Jumadil Akhir, tahun 1420 H di yordania. Penyelenggaraan jenazahnya dihadiri murid-muridnya, simpatisannya dan para pembela manhajnya. 


Perkataan ulama Salafus Shalih tentang Syaikh Al-Albani :

1. Syaikh Muhammad bin Ibrahim aalisy Syaikh berkata: “Ia adalah ulama ahli sunnah yang senantiasa membela Al-Haq dan menyerang ahli kebatilan.”

2. Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: “Aku belum pernah melihat di kolong langit pada saat ini orang yang alim dalam ilmu hadits seperti Al-Allamah Muhammad Nashiruddin Al-Albani.” 

3. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata: “Ia adalah alim yang memilki ilmu yang sangat luas dalam bidang hadits baik dari sisi riwayat maupun dirayat, seorang ulama yang memilki penelitian yang dalam dan hujjah yang kuat.”


Bacaan versi lain ttg albani:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.