Cari Blog

Minggu, 08 Januari 2012

Shalat Wajib

PENTINGNYA SHALAT

Shalat Wajib (ibadah wajib yang dilakukan lima kali sehari), adalah salah satu perbuatan ibadah terpenting setelah beriman. Mukmin diwajibkan menegakkan shalat, yang merupakan  perbuatan  ibadah yang ditetapkan pada waktu tertentu, seumur hidup.

Manusia itu gampang lalai yaitu tenggelam dalam kesibukan sehari-hari, sehingga melalikan kewajibannya. Mereka lupa  bahwa Allah mengawasinya setiap saat, Dia Maha Mengetahui, dan suatu hari mereka harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya kepada Allah. Mereka juga melupakan tentang kematian, Alam kubur, Surga dan Neraka, bahwa tidak sesuatu pun terjadi selain atas kehendak Allah, dan bahwa sesungguhnya ada maksud di balik segala sesuatu itu.

Haruslah kita selalu ingat bahwa menegakkan shalat lima kali sehari akan menghilangkan kelalaian dan menjaga nurani seorang mukmin tetap hidup. Shalat akan membuatnya terus berpaling kepada Allah dan hidup dengan perintah Tuhan kita. Seorang manusia beriman sempurna, yang berdiri di hadapan Allah untuk menegakkan shalat, berarti ia telah menjaga ikatan batin yang kuat dengan Allah. Karena shalat itu mengingatkan manusia akan Allah dan menghindarkannya dari semua jenis kejahatan dikatakan dalam ayat berikut:

"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. 
(QS Al-Ankabut, 29: 45)

Shalat adalah perbuatan ibadah yang diwajibkan bagi semua nabi dan orang-orang mukmin. Nabi-nabi yang sepanjang sejarah diutus kepada manusia untuk menghimbau kaumnya akan  perbuatan  ibadah wajib ini. Mereka menegakkan shalat dengan cara yang secermat-cermatnya dan menjadi teladan yang harus diikuti oleh orang-orang mukmin. Dalam hal ini, shalat adalah sebentuk pesan yang disampaikan oleh nabi-nabi Allah kepada masing-masing kaumnya.

Dalam Al-Qur'an, banyak ayat tentang perintah Allah kepada nabi-nabi-Nya tentang penegakan shalat, nilai penting yang dilekatkan pada ibadah ini, ketaatan seksama para nabi, dan perintah mereka kepada kaumnya tentang penegakan shalat. Dalam satu ayat, Allah menceritakan tentang Nabi Ibrahim AS dalam hal shalat:

"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku". (QS Ibrahim, 14: 40)

Allah juga menceritakan tentang Nabi  Nabi Ismail AS,sebagai berikut:

"Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya, ia seorang yang benar janjinya, dan ia seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh kaumnya untuk bershalat dan berzakat, dan ia seorang yang diridai di sisi Tuhannya. (QS Maryam, 19: 54-55)

Dalam surat lain, Allah  menceritakan tentang Nabi Musa AS, sebagai berikut:

"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu. (QS Tha-Ha, 20: 14)

Allah juga memerintahkan Maryam, yang dijadikan sebagai teladan dalam Qur'an bagi semua perempuan di dunia, agar menegakkan shalat:

"Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk” 
(QS Al-Imran, 3: 43)

Nabi Isa AS, juga menerima perintah yang sama, yang dilukiskan dalam firman Allah:

"Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup”. (QS Maryam, 19: 30-31)


WAKTU-WAKTU SHALAT.

Dalam Qur'an, shalat dilukiskan sebagai perbuatan ibadah wajib yang diperintahkan bagi orang-orang mukmin pada waktu-waktu tertentu. Ayatnya berbunyi:

"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardlu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. 
(QS Al-Nisa, 3: 103)

Waktu kelima shalat wajib adalah: 

  1. Subuh (pagi), 
  2. Zuhur (siang), 
  3. Ashar (Sore), 
  4. Magrib (petang), 
  5. Isya (malam). 

Waktu-waktu shalat diterangkan dalam banyak ayat Qur'an. Salah satunya berbunyi:

"Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang. (QS. Tha-Ha, 20: 130)

Nabi kita Muhammad SAW, yang paling dapat mengerti dalam menafsirkan al-Qur'an, menjelaskan kepada umat tentang awal dan akhir waktu dari kelima shalat selama satu hari. Hadis berikut yang diriwayatkan Abdullah bin Amr bin Al-Asr merupakan salah satu hadis yang paling terkenal, beliau bersabda:

"Waktu bagi shalat subuh (berlaku) adalah selama bagian kasatmata pertama matahari terbit tidak terlihat, dan waktu bagi shalat zuhur adalah ketika matahari tergelincir dari titik puncaknya dan belum masuk waktu shalat ashar, dan waktu bagi shalat ashar adalah selama matahari tidak meredup dan bagian kasatmata pertamanya belum tenggelam, dan waktu bagi shalat magrib adalah ketika matahari menghilang dan (berlaku) hingga rembang petang tidak lagi tampak, dan waktu bagi shalat isya adalah hingga tengah malam. (HR. Muslim)

Ayat al-Qur'an, hadits Nabi SAW dan penjelasan cendekiawan-cendekiawan Islam, sudah menjelaskan bahwa shalat wajib harus ditegakkan lima kali sehari. Jumlah seluruh rakaat untuk kelima shalat wajib adalah 40. Pembagian rakaat-rakaat ini menurut waktu shalatnya adalah sebagai berikut:

  1. Shalat subuh: 2 rakaat sunat, 2 rakaat fardlu
  2. Shalat zuhur: 4 rakaat sunat awal, 4 rakaat fardlu, 2 rakaat sunat akhir
  3. Shalat ashar: 4 rakaat sunat, 4 rakaat fardlu
  4. Shalat magrib: 3 rakaat fardlu, 2 rakaat sunat
  5. Shalat isya: 4 rakaat sunat awal, 4 rakaat fardlu, 2 rakaat sunat akhir, 3 rakaat witir.

Seorang Manusia Beriman Sempurna Shalat dalam Ketakjuban

Ketakjuban adalah sejenis ketakutan yang bercampur penghormatan. Merasakan ketakjuban selagi shalat adalah merasakan keagungan dan kekuatan Allah dan menyimpan ketakutan mendalam selagi menegakkan shalat. Seorang mukmin yang sadar bahwa ia sedang berada di hadapan Allah SWT, Tuhan seluruh alam, pasti akan merasakan kekuatan ini dan mendekatkan diri kepada Allah terkait dengan ketakutan dan penghormatan yang dirasakannya terhadap Allah SWT.

Seorang mukmin yang akan mengerjakan shalat hendaknya berhati-hati agar dapat berkonsentrasi penuh dan terbebas dari hal-hal yang akan merusak kekhusu'an shalat. Karena Allah SWT memerintahkan kita hanya untuk mengingat dan memujaNya. Shalat dengan kehati-hatian merupakan kesempatan besar dalam menyadari semua ini. Sungguh, Allah memerintahkan kita menegakkan shalat untuk mengingatNya:

"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu. (QS Tha-ha, 20: 14)

Fardlu (kewajiban) shalat.

Ada tujuh fardlu (kewajiban) yang harus dipenuhi mukmin sebelum mendirikan shalat, yakni:

  1. Kesucian beribadah (dari hadats besar dan kecil) yaitu membersihkan diri dengan mandi besar atau berwudhu.
  2. Kesucian fisik (dari najis) yaitu Bersih dari najis/kotoran yang melekat di badan, pakaian, atau tempat shalat yang mungkin akan menghalangi shalat.
  3. Menutup aurat.
  4. Menghadap kiblat.
  5. Waktu yang Benar yaitu dalam waktu yang ditetapkan
  6. Niat,
  7. Bertakbir yaitu Memuja Allah dengan kata-kata, “Allahu akbar”.

Lima fardlu (kewajiban) lainnya, disebut Rukun Shalat, harus dilakukan selama menegakkan shalat.

  1. Qiym: Berdiri tegak (bagi yang mampu).
  2. Qirah: Membaca beberapa ayat dari Qur'an selagi qiym (berdiri).
  3. Ruku’: Membungkukkan tubuh, di mana lutut-lutut dicengkeram kedua telapak tangan sehingga menopang tubuh.
  4. Sajdah: Menyembah/bersujud, dengan cara sedemikian sehingga hanya hidung, dahi, kedua telapak tangan, lutut, dan jari-jari kaki yang menyentuh tanah.
  5. Qadah: Duduk dalam rakaat terakhir shalat selama membaca “Attahiyah”.

Menutup aurat.
Setiap orang bertanggung jawab atas kewajiban menutup auratnya selama shalat.
Pakaian laki-laki harus menutupi dari pusar hingga lutut. 
Pakaian perempuan harus menutupi seluruh tubuhnya, dari kepala hingga kaki, kecuali wajah dan telapak tangan.

Wudhu

Ada syarat-syarat berwudhu, yakni:

  • Membersihkan wajah satu kali
  • Membersihkan tangan hingga pergelangan satu kali
  • Mengusap seperempat kepala
  • Membersihkan kedua kaki hingga mata kaki satu kali

Adapun sunat-sunat wudhu adalah sbb:

  • Memulai dengan mengucapkan “Bismillah”
  • Membersihkan tangan hingga pergelangan tiga kali.
  • Berkumur-kumur tiga kali.
  • Membersihkan lubang hidung dengan menghidu air tiga kali.
  • Membasahi kulit di bawah alis, janggut, dan kumis.
  • Membasahi bawah alis.
  • Membasahi ujung janggut.
  • Membersihkan gigi, menggosoknya dengan sesuatu jika mungkin.
  • Mengusap kedua sisi kepala satu kali.
  • Mengusap kedua telinga satu kali.
  • Mengusap belakang leher satu kali dengan tiga jari menyatu.
  • Membasahi sepenuhnya ruang-ruang di antara jari-jari tangan dan kaki.
  • Membasahi sepenuhnya semua bagian tubuh yang mesti dibersihkan.
  • Mengucapkan niat dalam hati ketika membersihkan wajah.
  • Membersihkan dan mengusap berurutan kedua tangan, mulut, hidung, wajah, lengan, kepala, telinga, belakang leher, dan kaki satu kali.
  • Menggosok bagian-bagian tubuh yang dibersihkan.
  • Membersihkan semua bagian tubuh berurutan tanpa sela.

KIBLAT

Dalam Qur'an, dikatakan Muslim harus menghadap Kabah di Mekkah selagi menegakkan shalat. Cukuplah bagi mereka yang tidak berada di Mekkah berdiri mengarah ke sana sehingga orang bisa mengatakan “ia berdiri dalam arah Kiblat.”
Agama Islam memperkenalkan Kabah sebagai pusat pemujaan Allah dan Muslim diperintahkan menghadap Kiblat di mana pun mereka berada di bumi, sehingga persaudaraan, kesatuan, dan ketertiban di antara mereka dapat dipertahankan.
Shalat di arah Kiblat merupakan kesempatan untuk membangkitkan kenangan-kenangan pada Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, para utusan mulia Allah yang membangun Kabah, dalam benak kita dan menghadap kepada Allah untuk bermohon. Juga, menghadap ke arah Kabah selagi makan dan tidur itu baik. Tambahan lagi, jenazah-jenazah dikuburkan dengan wajah mereka dihadapkan ke Kiblat.

BAGAIMANA MENENTUKAN KIBLAT?
Kiblat bukanlah bangunan Kabah, melainkan tanah tempatnya berdiri. Dengan kata lain, ruang dari bumi ke langit adalah Kiblat. Karena alasan ini, jika seseorang ada di bawah air atau di langit, ia masih dapat menegakkan shalat.
Mungkin saja menetapkan arah Kiblat melalui perhitungan matematis. Hal itu juga bisa dicapai dengan sebuah kompas. Bahkan jika penentuan Kiblat yang sangat cermat tidak dapat dilakukan dengan perhitungan dan peralatan, orang boleh memiliki keyakinan kuat tentang arah sebenarnya, dan keyakinan ini dapat diterima.

Di tempat-tempat di mana peralatan, kompas, bintang-bintang, dll. tidak tersedia, mukmin harus meminta nasehat para Muslim yang tahu arah Kiblat.
Dalam kendaraan yang bergerak seperti kapal atau kereta api, orang harus berdiri dalam arah Kiblat dan meletakkan kompas di dekat tempat bersujud. Dengan cara ini, selagi kendaraan membelok, orang tersebut harus juga berputar ke arah Kiblat. Pilihannya, seorang lain membantu memutarnya ke arah yang benar.
Jika seseorang menegakkan shalat tanpa mencari nasehat seorang Muslim yang mengetahui arah Kiblat, sendiri menentukan arah itu, atau telah memakai semua cara untuk menentukannya, ia tidak akan sepenuhnya melaksanakan rukun shalat, sekalipun secara tak sengaja shalat dalam arah yang benar.

Tata Cara Shalat:














Sumber: HARUN YAHYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.